Lihatlah adab dan tata acara taaruf. Tentu saja, sangat jauh dibandingkan dengan pacaran. Taaruf benar-benar dimaksudkan untuk menuju pernikahan Islami, sehingga tata cara yang dilakukan dalam taaruf adalah tata cara yang sesuai dengan syariat. Sedangkan pacaran, lebih banyak rambu-rambu syariat yang terlanggar. Apakah yang dimaksud dengan pacaran ? apakah ia interaksi khusus antara laki-laki dan perempuan, yang berbeda pola hubungannya dengan yang lainnya, yang memiliki konsekuensi dan ikatan nonformal tertentu dan diakui oleh kedua belah pihak ?
Taaruf dilakukan dengan penuh tanggung jawab disertai adanya keseriusan untuk segera menikah dalam jangka waktu yang telah disepakati. Adapun pacaran, ia bisa dimulai kapan saja, bahkan sejak belum balig, dan mengakhirinya pun bisa kapan saja. Tak ada pula pembicaraan yang serius tentang pernikahan sejak awal-awal pacaran. Pacaran menuntut perlakuan khusus antara dia dan kekasihnya.
Sang pacar tak akan merasa istimewa bila ia diperlakukan sama saja dengan orang lain selain dirinya. Ia akan menuntut lebih, keluar rumah berdua saja, makan malam berdua saja atau melakukan aktivitas berdua saja. Hal ini sangat jauh berbeda dengan konsep Ukhuwwah Islamiyah yang kita kenal. Sesama muslim adalah bersaudara. Ukhuwwah membingkai hubungan antara laki-laki dan perempuan dengan aturan syar'i, tak mengistimewakan satu dengan lainnya, apalagi secara berlebihan.
Taaruf menjaga diri dari fitnah karena adanya pendamping. Sedang pacaran tak ada pihak yang mendampingi, sehingga sangat mudah terjadi fitnah. Kalau anda mau membuat survei, buatlah survei tentang berapa banyak pelaku pacaran yang mengalami kecelakaan hamil sebelum pernikahan, lalu bandingkan dengan peserta taaruf. Tentu akan sangat jauh jaraknya. Sayang, belum ada survei untuk hal yang demikian.
Proses taaruf mengikuti seleksi alam. Mereka yang ikhlas mengikuti, biasanya memiliki akhlak yang telah terseleksi berdasarkan rekomendasi operator dan pendamping. Dalam hal ini dibutuhkan kejelian dan kehati-hatian para pendamping agar salah satu pihak tidak ada yang merasa dirugikan atau dijerumuskan karena dipertemukan dengan pasangannya. Setidaknya, peserta taaruf adalah orang yang berkomitmen untuk menegakkan tata cara pernikahan Islami dan mengisi hidupnya dengan aturan Allah. Berbeda dengan pacaran, pacaran tidak membuat pelakunya berpikir sejauh itu. Keinginan hatinya telah diisi dengan perasaan jatuh cinta dan hawa nafsu mengajaknya untuk berpacaran serta bersenang-senang dengan lawan jenis.
Oleh karena itu, janganlah menjadikan istilah taaruf untuk berlindung dari kejahiliahan pacaran, apalagi bila anda sudah mengerti agama. Dosa yang anda lakukan karena hal ini, tak mungkin luput dari catatan malaikat dan penglihatan Allah.
(Sumber : Buku Tak Kenal Maka Ta'aruf karya Asri Widiarti)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H