Lihat ke Halaman Asli

DUA BUAH BIJI YANG TERJATUH

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dihari yang cerah dan sungai mengalir deras seorang petani ingin sekali menanam buah yang nantinya akan dipanen dan dijual. Dia membawa sekantong bibit buah dari rumah keladangnya letaknya memang agak jauh, dia menaiki kuda agar cepat sampai keladangnya.

Tetapi tanpa disadari kantong bibit buah itu terdapat lubang kecil yang membuat dua buah biji terjatuh, dia tidak memungutnya kembali dan terus menuju keladangnya. Dua buah biji itupun berharap petani memungutnya kembali agar bisa berkumpul dengan biji lainnya, dirawat oleh petani dan tumbuh menjadi pohon besar yang dapat diambil buahnya. Keduanya menunggu berhari-hari agar dipungut kembali tetapi petani tak kunjung datang, kecemasan dan ketakutanpun menyelimuti mereka. Keduanya menyadari disekeliling mereka terdapat banyak sekali hal-hal yang berbahanya, mulai dari ayam yang suka sekali mengorek-orek tanah untuk mendapat makanan dan cacing-cacing yang berada di dalam tanah, mereka takut akan dimakan dan gagal untuk menjadi pohon yang besar.

Lalu salah satu dari mereka merenung dan memikirkan, jika dia terus menerus mengikuti naluri rasa takutnya maka dia akan berada disitu dan kenginannya tidak akan terwujud. Dia mengajak temannya untuk bersama-sama melawan ketakutan dan menyudahi deritanya, membuat bangga si petani bila dia menjadi pohon besar yang bisa menjadi tempat bersandar bagi semua orang juga buahnya bisa dinikmati oleh semua orang. Tetapi buah itu menolak dan memilih untuk menunggu si petani untuk memungutnya, dia terus menyakinkan temannya bahwa petani tidak akan datang dan harus berusaha sendiri, tetap saja dia menolak. Akhirnya buah itu berjalan sendiri menghadapi bahaya-bahaya diluar, mulai dari akar-akarnya yang ditancapkan ketanah yang sangat dalam dan menjulangkan batangnya tinggi keatas, dia sama sekali tidak ada keraguan didalam hatinya meskipun banyak sekali bahaya-bahaya yang menghadang, mulai dari cacing-cacing memakan bagian akar-akarnya, jauhnya air dari tempat itu hingga angin yang bertiup kencang yang dapat mengugurkan daunnya, tetapi dia tetap meneruskan kenginannya dia hanya yakin akan menjadi suatu saat menjadi pohon besar. Setelah menghadapi berbagai rintangan akhirnya dia berhasil mewujudkan kenginanya, banyak sekali orang-orang yang melihat pohon itu dan menjadikannya tempat bersandar setelah lelah melakukan segala aktivitasnya, semua orang beranggapan bahwa pohon itu banyak sekali kegunaannya dan tidak ingin menebangnya, bahkan mereka merawatnya sampai subur dan berbuah.

Akhirnya si petani melewati dan menjumpai pohon tersebut, dia melihat ada kesamaan antara pohon tersebut dengan pohon diladangnya, dia yakin bahwa pohon itu merupakan bibit yang dibawanya dulu pada waktu akan ditanam, apalagi dia dulu menyadari kehilangan duah biji dari semua biji yang dibawanya, dia semakin yakin kalau pohon itu adalah miliknya. Tetapi dia heran kenapa hanya ada satu pohon kemana yang satunya lagi.

Biji yang ketakutan itu masih mengharap petani itu memungutnya, dia selalu terselimuti oleh ketakutan yang ada disekitarnya, dia menghilangkan rasa ketakutannya hanya dengan membayangkan jika dia menjadi pohon besar dengan akar-akarnya yang kuat dan berbuah dengan banyak juga subur. Dia hanya diam dan hanya membayangkan.

Petani itu juga melihat ada kegunaan dari pohon itu dan juga ingin merawatnya. Pohon itu sangat bangga ketika dia berhasil. END

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline