Ramadan sudah hampir lepas dari hari-hari kita. Sayonara untuk ramadan harus kita akui bahwa itu akan terjadi walaupun hati tak menginginkannya. Karena ramadan akan berjalan sebagaimana berputarnya waktu dalam kehidupan kita. Sebagaimana berputarnya jarum jam. Dan semoga kita tetap dalam llindungan Allah dan ridhanya. Dan semoga kita tetap bisa sampai dan berjumpa dengan ramadan di tahun yang akan datang.
Ramadan memanglah bulan yang penuh dengan rahmat, penuh dengan keberkahan, penuh dengan keasyikan, penuh dengan kerinduan, dan penuh dengan kebaikan-kebaikan yang tidak dapat kita bayangkan dan hitung. Sehingga pantaslah jika ramadan dijadikan penghulu dari semua bulan. Begitu banyak keindahan-keindahan yang ada di dalam bulan ramadan yang tidak ada di dalam bulan-bulan yang lain sehingga hal-hal tersebut sangat dirindukan oleh semua kaum muslim diseluruh dunia.
Adapun jika kita melihat fenomena-fenomena keindahan yang ada di Indonesia khususnya di Madura yaitu seperti ngabuburit bersama ketika menunggu adzan maghrib tiba, membangunkan orang sahur dengan keliling membawa alat musik tradisional, buka bersama dengan kerabat, teman-teman, dan lain sebagainya. di bulan ramadan pula kebahagiaan akan dirasakan oleh masyarakat yang merantau keluar kota, karenna pada bulan ramadan inilah itu mereka akan mudik dan berkumpul bersama keluarga besarnyadi kampung halamannya yang sudah sekian bulan tidak pernah bertemu.
Setelah bulan ramadan ini penuh kita lalui bersama maka saat itu pula umat islam akan langsung bertemu dengan hari kemanangan. Yaitu harinya umat muslim kembali ke fitrah lagi. Namun pertanyaan yang harus muncul ketika ingat terhadap hari kemenangan yang akan menyambut kita sebentar lagi itu adalah "apakah kita akan benar-benar menang di hadapan allah setelah kita menempuh hidup di bulan yang penuh berkah itu dengan ibadah khusus atau kah kita hanya meraih nilai seri sehingga tidak ada penambahan skor dalam diri dan hati kita?". Jawaban dari pertanyaan itu sebenarnya ada dalam diri kita masing-masing. Tiadalah yang tau akan hal itu kecuali Allah dan kita sendiri akan hal itu. Karena yang tau tentang keikhlasan dan kesungguhan dalam ibadah kita itu hanyalah Allah dan diri kita sendiri.
Puasa dan ibadah kita selama bulan ramadan ini akan terasa sia-sia jika kita hanya beribadah tanpa dilakukan dengan ikhlas. Jika seseorang sudah melakukan ibadahnya dengan ikhlas dan taat kepada Allah maka ibadah orang tersebut tidak akan hanya berhenti pada saat itu pula. Ramadan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan, keistimewaan dan ampunan. Akan tetapi apalah daya jika kita hanya mencukupkan ibadah kita pada bulan itu saja dan tidak beribadah di bulan-bulan yang lainnya. Ramadan adalah bulan untuk membiasakan diri untuk beribadah. Beribadah yang dimaksud bukanlah hanya sekedar beribadah pada wakti itu saja. Akan tetapi tetap berbiadah sampai pada ramadan yang akan mendatang. Kemenangan bukanlah hanya menang karena telah menyelesaikan bulan ramadan dengan memperbanyak ibadah akan tetapi hanya pada bulan itu saja. Akan tetapi kemenangan yang dimaksud adalah kita menang memerangi hawa nafsu kita sendiri sehingga kita dapat mengalahkannya dan tetap beribadah seperti dibulan ramadan hingga akhir hayatnya. Imam ibnu katsir mengutarakan dalam tafsirnya yang berarti "diantara balasan kebaikan adalah kebikan selanjutnya dan diantara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya"(tafsir al-qur'an al-adzim, 7:583) oleh karena itu maka bisa simpulkan bahwa orang yang benar-benar menang dalam melakukan ibadah di bulan ramadan adalah mereka yang tetap dengan ibadahnya itu bahkan menambah ibadahnya di bulan-bulan setelahnya. Dan sebaliknya dengan orang-orang yang kalah ataupun seri yaitu mereka yang hanya melakukan ibadahnya hanya di bulan ramadan saja dan kembali lagi seperti kebiasaannya jeleknya yang sebelum bulan ramadan bahkan lebih parah dari itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H