Lihat ke Halaman Asli

Berwirausaha sebagai Sarana Sedekah terhadap Sesama Manusia

Diperbarui: 22 Desember 2016   04:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: surabaya.tribunnews.com

Oleh    : Abdul Hakim

Tema   : Kewirausahaan

Kewirausahaan semakin mencuat ke permukaan pada abad 18 diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti halnya mesin uap, mesin pemintal, dan lain-lain. Tujuan utama mereka menemukan mesin-mesin industri tersebut tidak lain adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas. Keuntungan dan kekayaan pada saat itu bukan tujuan utama.

Secara sederhana arti dari wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani dalam mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan yang ia mliki. Berjiwa berani mengambil resiko berarti di sini bermental mandiri dan berani memulai suatu usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi yang tidak pasti.

Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803).

Salah satu kesimpulan yang dapat kita ditarik dari berbagai pengertian terkait kewirausahaan tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang atau dianggap sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif yang berarti disini adalah lebih ditekankan pada proses dalam menghasilkan sesuatu barang atau komoditi. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan inovatif. Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga orang yang melakukan perubahan, inovasi, dan cara-cara baru dalam usahanya. Kewirausahaan juga dapat diartikan sebagai orang yang melakukan kegiatan mengorganisasi faktor-faktor produksi dan memberikan hasil yang produktif bagi masyarakat secara luas.

Mengutip kisah Sejuta Hikmah yang ditulis dalam sebuah buku yang berjudul “Islam dan  Kewirausahaan Inovatif”, di dalam buku tersebut dikemukakan bahwa Imam Musa bin Ja’far al-Khadim tengah membajak dan mengelola tanahnya. Tetesan keringatnya membasahi tubuhnya. Ketika itu Ali bin Hamzah al-Bathaini datang, kemudian bertanya: “Wahai Imam! Kenapa Anda tidak menyuruh orang lain saja untuk mengerjakan ini?”. Lalu Imam Musa bin Ja’far menjawab: “Kenapa aku harus menyuruh orang lain? Orang-orang yang lebih agung dari aku pun sering melakukan kerja yang serupa.” “Siapakah gerangan mereka?” tanya Al-Bathaini. “Rasulullah, Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib, dan semua ayah, serta datuk-datuk ku. Sebenarnya kerja bertani dan mengolah tanah adalah sunah para Nabi, wasiat Nabi, dan orang-orang shaleh.”

Kisah di atas menunjukkan betapa kuatnya etos kerja Imam Musa bin Ja’far al-Khadim sebagai seorang entrepreneur(pengusaha) yang patut kita contoh di bidang pertanian pada waktu itu. Selain itu yang paling utama untuk kita contoh adalah teladan dari Rasulullah SAW sebagai Rasul yang sejak kecil telah mengasah dirinya ketika beliau masih berusai 12 tahun yang telah dididik oleh pamannya, yaitu Abu Thalib, untuk berbisnis. Hingga mencapai puncak karirnya ketika ia telah menjadi kepercayaan dari Siti Khadijah yang menjadi pebisnis andal, hingga akhirnya Nabi Muhammad SAW menikah dengan Siti Khadijah. Rasulullah SAW telah meninggalkan begitu banyak hadits dalam praktik bisnis sehingga dapatlah dikatakan bahwa beliau telah mewariskan kearifan bisnisnya kepada segenap kaum muslimin. Bisnis bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan pintu rezeki yang patut kita berikhtiardi dalam berwirausaha. Bisnis yang baik adalah bisnis yang bertujuan sukses tidak hanya di kehdupan dunia saja tetapi juga di akhirat. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

“Barang siapa yang menjadikan dunia ini sebagai satu-satunya tujuan akhir (yang utama), niscaya Allah akan menyibukkan ia dengan (urusan dunia itu),  Allah pun akan membuatnya miskin seketika, dan ia akan tercatat (ditakdirkan) merana di dunia ini. Namun, barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan akhirnya, Allah akan mengumpulkan teman-teman untuknya, Allah akan membuat hatinya kaya, dan dunia akan takluk menyerah padanya.” (H.R Ibnu Majjah dan Tirmidzi).

Dari arti hadits di atas menunjukkan bahwasannya apabila kita dalam berwirausaha berorientasi hanya untuk dunia saja dan tidak untuk akhirat,maka Allah akan membuatnya lalai akan kehidupan akhirat dan menyibukkannya hanya kepada urusan-urusan dunia saja. Namun apabila kita berwirausaha disertai dengan tujuan untuk akhirat juga, maka Allah SWT akan memudahkan jalan kita di dunia, bahkan Allah akan membuat dunia ini tunduk terhadap orang yang demikian. Oleh karena itu hendaknya dalam berwirausaha kita selingi juga dengan nilai-nilai keagamaan seperti halnya bersedekah, infaq, membantu satu sama lainnya, dan masih banyak lagi nilai-nilai kegamaan yang bisa kita selingi dengan berwirausaha (entrepreneurship).

Begitupula Allah SWT telah memberikan seruan kepada umat Islam untuk bekerja keras tidak hanya untuk tujuan dunia tetapi juga akhirat, diantara firman-Nya yaitu:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline