Oleh : Abdul Hakim
Tema : Etika Mencari Harta dan Ekonomi
Kita sering kali berdoa untuk mendapatkan keberkahan, baik dalam hal usia, keluarga, usaha, maupun dalam harta benda atau kekayaan, dan lain-lainnya. Akan tetapi, pernahkah kita bertanya dalam diri kita sendiri seperti apakah sebenarnya yang dimaksud dengan keberkahan itu? Dan bagaimana untuk memperoleh keberkahan dalam hidup?
Apakah keberkahan itu hanya berwujud jamuan makanan yang kita bawa pulang saat ada acara-acara tertentu? Atau apakah keberkahan itu hanya milik para kyai, tukang ramal, atau para juru kunci kuburan? Sehingga bila salah seorang memiliki suatu tujuan yang ingin ia capai secara instan, ia datang kepada mereka agar cita-citanya cepat tercapai?
Bila kita mempelajari dengan sebenarnya-benarnya, baik melalui ilmu bahasa Arab maupun melalui dalil-dalil dalam Al-Qur’an dan Sunnah atau Hadits, kita akan mendapatkan bahwa kata al-barakah memiliki kandungan dan pemahaman yang sangat luas maknanya dan agung di dalamnya. Secara ilmu dalam bahasa Arab, karena memang kata berkah berasal dari bahasa Arab, al-barakah berarti berkembang, bertambah, dan kebahagian. Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata: “Asal makna keberkahan, adalah kebaikan yang banyak dan abadi.”
Untuk mendapatkan keberkahan dalam hidup ini secara umum dan dalam mencari rezeki secara khusus, terdapat dua syarat yang mesti dipenuhi oleh kita sebagai umat Muslim, yaitu:
Pertama, beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inilah syarat pertama dan terpenting agar rezeki kita diberkahi Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu dengan merealisasikan atau mewujudkan keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya: “Andaikata penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al-A’raf ayat 96).
Itulah balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan sekaligus menjadi penjelas bahwa orang yang kufurkepada Allah Subhanahu wa Ta’ala niscaya tidak akan pernah merasakan keberkahan dalam kehidupannya. Oleh karena itu kita harus memulai dari diri kita sendiri bahwasannya kita harus senantiasa di setiap waktu beriman kepada Allah SWT dalam setiap keadaan yan kita hadapi. Jangan sampai diri kita terbuai atau tertipu oleh kehidupan dunia yang fana sehingga lupa bersyukur kepada Allah SWT dalam setiap rezeki yang kita peroleh yang datangnya dari Allah SWT.
Di antara perwujudan iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berkaitan dengan rezeki atau penghasilan, adalah senantiasa yakin dan menyadari bahwa setiap rezeki apapun yang kita peroleh merupakan karunia dan kemurahan Allah SWT untuk kita sebagai umat Muslim, bukan semata-mata jerih payah atau kepandaian kita sehingga kita dapat memperleh rezeki tersebut. Yang demikian itu, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menentukan kadar rezeki bagi setiap manusia semenjak manusia itu masih berada dalam kandungan ibunya. Sehingga kita tidak boleh sombong dan semena-mena terhadap pemberian tersebut, walaupun demikian kita tetap diwajibkan berusaha dalam memperoleh rezeki.