Lihat ke Halaman Asli

Seorang Muslim Haruslah Produktif demi Kesejahteraan Umat

Diperbarui: 13 Oktober 2016   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: http://bisnis.liputan6.com/read/2363749/5-cara-bekerja-lebih-produktif

Oleh    : Abdul Hakim

Tema   : Produksi

Sebelum membahas terkait dengan produksi dalam Islam, ada baiknya jika kita juga mengetahui definisi atau arti dari produksi itu sendiri. Produksi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata produce yang berarti menghasilkan, membuat, dan menciptakan. Sedangkan arti kata produksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti mengeluarkan suatu hasil.Secara terminologi atau istilah produksiadalah suatu kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen atau penjualnya. Kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam pada akhirnya mengecil pada kegiatan manusia dan eksistensinya, yaitu mengutamakan harkat kemuliaan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.

Produksi, distribusi, dan konsumsi sebenarnya adalah suatu rangkaian kegitan ekonomi yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya memang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, namun harus diakui memang produksi merupakan dasar utama dari kegiatan itu. Tidak akan ada kegiatan distribusi dan bahkan konsumsi tanpa adanya kegiatan produksi. Dalam pandangan Islam, semua yang ada dalam dunia ini adalah milik Allah SWT, hal ini sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an, yaitu:

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya: Dan Dia (Allah) menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir. (Q.S. Al-Jasiyah ayat 13).

Dapat diterjemahkan tersendiri bahwasanya maksud dari ayat di atas menunjukkan bahwa Allah SWT adalah pemilik absolut segala yang ada di dunia aini. Kemudian juga dengan diyakini oleh umat Islam bahwa Allah adalah pemilik absolute semesta alam, maka konsep produksi di dalam ekonomi Islam tidak hanya bertujuan duniawi, tetapi juga bertujuan pada kehidupan akhirat kelak.

Pada prinsipnya Islam lebih menekankan berproduksi demi untuk memenuhi kebutuhan orang banyak, bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan dari beberapa orang saja yang memiliki suatu kekuasaan dan uang, sehingga menjadikannya mempunyai daya beli yang lebih baik dan bersainguntuk selalu menjadi yang utama. Oleh karena itu, bagi Islam produksi yang surplus dan berkembang baik secara kuantitatif (jumlah) maupun kualitatif (mutu yang terkandung di dalamnya) tidak dengan sendirinya mengindikasikan kesejahteraan bagi masyarakat yang berada di suatu negara.

Kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai yang saling berkesinambungan satu dengan yang lainnya. Kegiatan produksi yang kita lakukan harus sepenuhnya sejalan dengan kegiatan distribusi dan konsumsi. Kegiatan distribusi harus memiliki tenaga yang cukup dalam menyetorkan barang dari suatu wilayah ke wilayah lain sehingga dapat merata, sedangkan konsumsi juga harus sewajarnya sesuai dengan kebutuhan dan bukan hanya berdasar pada keinginan yang tiada habisnya. Tujuan dari kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang dapat memberikan suatu mashlahah maksimum bagi konsumen yang memang telah ditargetkan dan diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan moderat(tidak pilih-pilih), menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya sesuai dengan batas kewajaran, menyediakan persediaan barang atau jasa di masa depan, sehingga tidak terjadi kekurangan tenaga dan barang, dan memenuhi suatu kewajiban bagi kegiatan sosial kemasyarakatan dan ibadah kepada Allah SWT.

Al-Qur’an dan Sunnah atau Hadits Nabi Muhammad SAW menggunakan konsep produksi dalam makna yang luas. Al-Qur’an menekankan manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan manusia. Berarti barang itu harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan  untuk  memproduksi barang mewah secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia dan hanya berdasarkan pada keinginan manusia yang tidak pernah terpuaskan, karenanya, jika berdasarkan dengan keinginan, maka tenaga kerja yang dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut dianggap tidak produktif.

Namun demikian, Al-Qur’an memberikan keleluasaan yang seluas-luasnya bagi manusia untuk berusaha dan memperoleh kekayaan yang lebih banyak lagi dalam mengejar kehidupan ekonomi. Dengan memberikan  landasan moral dan rohani  bagi manusia, membuat sifat manusia yang pada awalnya tamak dan mementingkan diri sendiri menjadi terkendali dan bersosial antara orang yang satu dengan orang yang lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline