Lihat ke Halaman Asli

Pendidikan "Satu Dimensi"

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pendidikan di Indonesia mempunyai sejarah yang panjang dalam perkembangannya. Pada masa kolonial, pendidikan hanya mampu dinikmati oleh masyarakat kalangan tertentu. Pendidikan pada masa tersebut hanya merupakan bentuk legitimasi terhadap penindasan dan memunculkan kelompok-kelompok lokal yang menjadi kelas penguasa pada bangsanya sendiri. Kelompok ini adalah kelompok yang mempunyai keterikatan secara ekonomi dan didasarkan oleh kepentingan penjajah.

Kondisi pendidikan pada masa kolonial tidak jauh berbeda dengan kondisi pendidikan pada masa reformasi saat ini. Perkembangan pendidikan hanya dapat dilihat dari perubahan dalam bentuk materi. Pembangunan infrastruktur dan superstruktur pendidikan tidak banyak memberikan perubahan yang berarti. Pendidikan merupakan kebutuhan negara dalam memenuhi target Indeks Pembangunan Manusia (Human Index Development).

Mengutip pernyataan Herbert Mercuse tentang konsep “manusia satu dimensi” dalam melihat realitas yang ada pada masyarakat industri modern saat ini, Indeks Pembangunan Manusia ini berakibat pada pendidikan “manusia satu dimensi”. Konsep “manusia satu dimensi” dalam pendidikan tanpa disadari telah tertanam dalam kehidupan sehari-hari. Negara mempunyai peran besar dalam hegemoni pendidikan “manusia satu dimensi”. Manusia digerakkan dalam tujuan satu arah. Membenarkan penindasan sikap kritis atas dasar legitimasi IPM. Menciptakan masyarakat pekerja sesuai dengan kepentingan kelompok penguasa.

Perkembangan pendidikan dapat dilihat hanya dalam bentuk materi, tanpa mempertimbangkan pendidikan dalam tataran ide. Materi dan ide menjadi dua konsep yang saling terkait dalam perubahan sosial.  Sudah lama sejak orde baru, pembangunan menjadi platfrom negara dalam memenuhi target IPM. Pembangunan ini pada akhirnya menciptakan cultural shock dan cultural lag dalam masyarakat. Pembangunan hanya menciptakan perubahan materi.

Pemikiran kritis menjadi hal yang perlu ditumbuhkan pada saat ini. Kegiatan diskusi menjadi dasar dalam pembentukan pemikiran kritis. Memberikan peluang dalam membuka kesadaran yang tertutup dalam melihat realitas sosial.  Mengubah pola pikir yang selama ini terjebak dalam satu arah. Memberikan pembebasan pada ide yang terpenjara. Memberikan peluang lebih banyak dalam menciptakan perubahan, meskipun hanya dalam tataran ide.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline