Lihat ke Halaman Asli

Abdul Basith

Data Pribadi

Jejak Hidup Milenial

Diperbarui: 6 November 2020   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Menyaksikan kehidupan dan kebudayaan kekinian, kita seringkali diajak berpura-pura lupa menjadi manusia. Dihadapkan realitas-realitas baru yang kaya nuansa, kaya citra, kaya gaya dan desain diri, bahkan menyongsong kaya raya atau hidup dalam bergelimangan harta dan tahta dihari depan. Hal demikian membuat sebagian besar kita seringkali lupa akan hakikat hidupnya. 

Wajah kehidupan baru membuat manusia terpesona dan mabuk dalam drama ilusi yang ditampakkan dan dipraktekkan. Kesadaran berketuhanan dan berprikemanusiaan semakin tidak dianggap sebagai dimensi paling fundamental yang mesti diperjuangkan terlebih dahulu. Ketidak pedulian terhadap dimensi ini, yakni salah satu faktor karena banyak yang telah tenggelam dalam orbit kejatuhan mental dan praktek mencari citra diri dihadapan sesama manusia, dan persaingan dalam dimensi  konsumsi produk-produk era industrial yang berlebihan.  

Hidup dilanda dengan berbagai kepanikan sebagian besar manusia terhadap kebutuhan material, orang-orang tidak lagi memikirkan ilmu jenis apa yang mesti dituntut, sudah sejauhmana kehidupan itu diketahui sebagaimana adanya dan sudah sejauhmana kehidupan diperlakukan sebagaimana mestinya?. Sebab mental kekinian ditata hanya berpusar pada kira-kira besok  makan makanan dan minuman jenis apa? berpakaian dengan model apa? gaya rambut ini harus didesain yang bagaimana? Motor dan Mobil merek apa lagi yang mesti dibeli? Hal ini merupakan beberapa contoh dan masih banyak lagi yang lain. 

Sedemikian hidup telah didesain yang menjadikan konsumer sebagai raja dalam kehidupan, dan Hukum komoditi menguasai belahan hidup manusia, dan tupoksi masyrakat konsumer menjadi sebuah kondisi yang didalamnya hampir seluruh energi dipusatkan bagi pelayanan nafsu, diantaranya; nafsu kebendaan, kekayaan, kekuasaan, ketenaran atau popularitas, kecantikan fisik, kebugaran, keindahan tubuh, kesenangan sementara yang hanya menyisakan sedikit ruang bagi penjamin ketenangan jiwa, penumbuhan kebajaksanaan, peningkatan kesalehan, dan pencerahan spritual.

Virus Virtual Yang Menakutkan dan Penyebab Kekerdilan Jiwa.

Era Modern-Postmodern perkembangan informasi dan komunikasi semakin cepat seperti kilat dan transparan. Namun disisi yang berbeda minimnya proses filterisasi yakni, mana yang mesti dikonsumsi dan mana yang tidak mesti dikonsumsi, semisal manusia dirayu oleh informasi dan drama kebaperan sehingga ia sering menangis walaupun cerita disebuah film yang sifatnya fiktif, Ia sedih menyaksikan cerita Film Television Movie (FTV) ketika seorang pengemis tidak dihiraukan oleh orang-orang kaya, akan tetapi ia tidak sedih dan melupakan kenyataan pemiskinan dijiwanya dan orang-orang di sekitar dirinya, ia bangga karena banyaknya simbol like pada postingan Facebooknya tapi melupakan kepedulian kepada yang membutuhkan dirinya direalitas sesungguhnya, ia bangga karena banyak Follower di Instagramnya tapi melupakan sudah berapa banyak praktek kemanusiaan yang ia lakukan dari petunjuk orang-orang mulia sebelumnya.

Game-game yang merupakan mainan anak-anak kini menjadi rutinitas orang dewasa, anak-anak begitu mudah menyaksikan tonotonan-tontonan video yang berisi konten pornografi, dan banyaknya konten-konten tik-tok tidak menyehatkan diperankan remaja yang tersebar dimedia sosial.  Hal ini menunjukan bahwa salah satu sebab semakin transparansinya media sosisal menyebabkan meniadanya batas-batas praktek penggunaan media sosial sebagai jalan informasi dan komunikasi atas mengarungi pengetahuan Tuhan Semesta.

Hal yang lain, ketakutan-ketakutan manusia terhadap tidak mengaktual  Kemanusiaan pada dirinya digantikan dengan virus persaingan atau kompetisi, popularitas, pencitraan, konsumeritas, kefiralan yang berisi konten-konten memalukan, dan telah banyak wacana dalam kata dan bahasa yang terpublikasi ialah sandiwara para kuasa, dan pasar. 

Media sosial sebagai penyaluran informasi dan komunikasi yang baik dan benar telah direduksi menjadi Virus yang menyerang jiwa manusia bahkan mematikan langkah baginya, karena banyak yang mementingkan kesenangan dari pada Pemaknaan. Dan juga ketidaksadaranpun berperan menyebabkan sangat sedikit orang yang melakukan filterisasi informasi, dan analisis kelayakan objek sebagai jalan kesempurnaan jiwa serta langkah Spritualnya. 

Karenanya salah satu penyebab kekerdilan jiwa yaitu konten Virtual (dunia maya) yang tidak menyehatkan telah menjadi lebih nyata menyerang jiwa manusia dan perantara jajahan sebagai pendorong kehendak praktek eksploitasi dan menjauhkan diri dari kesempurnaan manusia. Maka objecktifitakasi dan Rasinalitas menjadi senjata paling ampuh menangkal virus virtual yang tidak menyehatkan bagi jiwa. 

" Tapaki jejak makna, sekalipun itu Virtual maka akan bernilai bagi kesempurnaan manusia"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline