Pada tanggal 11 Mei 2023, Google meluncurkan Bard dapat diakses secara massal dari seluruh dunia. Netizen dapat mengaksesnya pada tautan berikut: Google Bard. Google Bard memanfaatkan seluruh data yang berada pada mesin pencarinya yaitu Google Search. Berbeda dengan Microsoft yang memanfaatkan data dari model mesin ChatGPT, Google Bard melakukan pemrosesan dengan model yang dibuatnya, yaitu Language Model for Dialogue Applications (LaMDA).
Kemampuan percakapan LaMDA telah dikembangkan selama bertahun-tahun. Seperti banyak model bahasa terbaru, termasuk BERT dan GPT-3, LaMDA dibangun di atas Transformer, sebuah arsitektur jaringan saraf yang diciptakan oleh Google Research dan bersumber terbuka pada tahun 2017.
Arsitektur tersebut menghasilkan model yang dapat dilatih untuk membaca banyak kata (misalnya, kalimat atau paragraf), memperhatikan bagaimana kata-kata tersebut berhubungan satu sama lain, dan kemudian memprediksi kata apa yang akan muncul berikutnya.
LaMDA menggunakan model bahasa transformator yang hanya menggunakan decoder. Model ini telah dilatih sebelumnya pada korpus teks yang mencakup dokumen dan dialog yang terdiri dari 1,56 triliun kata, dan kemudian dilatih dengan data penyempurnaan yang dihasilkan oleh respons yang dianotasi secara manual untuk kepekaan, kemenarikan, dan keamanan.
Pengujian oleh Google menunjukkan bahwa LaMDA melampaui tanggapan manusia dalam hal kemenarikan. Model transformator LaMDA dan sistem pencarian informasi eksternal berinteraksi untuk meningkatkan keakuratan fakta yang diberikan kepada pengguna.
Google kemudian menguji model LAMDA dengan 137 miliar parameter non-embedding. Namun, tidak seperti kebanyakan model bahasa lainnya, LaMDA dilatih untuk berdialog. Selama pelatihannya, LaMDA menangkap beberapa karakter yang membedakan percakapan terbuka dengan bentuk bahasa lainnya. Salah satu karakter tersebut adalah kepekaan.
Dengan Google Bard memanfaatkan seluruh resourcenya dari Google Search menjadikan AI ini memiliki kekurangan terkait informasi yang didapatkan dapat salah dan keliru. Sedangkan ChatGPT memiliki kekurangan terkait informasi yang bias dan tidak akurat.
Jadi, Netizen Indonesia mau pakai yang mana nih?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H