Pernyataan kontroversial soal agama lagi-lagi terjadi. Setalah puisi Sukmawati, kali ini aktornya adalah Rocky Gerung (RG), beliau menyatakan bahwa "kitab suci merupakan fiksi" pada acara Indonesia Lawyers Club di TV One. Akhirnya, beliau dilaporkan oleh Permadi yang merupakan ketua cyber Indonesia.
Pendapat pro kontra dari netizen berdatangan (BBC). Namun yang jelas, fenomena ini akan jadi menarik, karena RG juga menyatakan pada forum yang sama bahwa beliau berani bertanggung jawab atas pendapatnya.
Jika pernyataan RG tersebut dikaitkan dengan agama islam dengan kitab sucinya yaitu Al'Quran, maka tak heran jika ada yang menyebut pernyataan beliau merupakan penistaan agama, bahkan bisa dibilang semua agama.
Menurut gue, kasus ini lumayan berat dari sudut pandang pemikiran. Karena RG dengan logikanya, menyentuh ranah agama yang merupakan sebuah keyakinan, yang terkadang tidak dapat tersentuh oleh logika.
Gue tidak menyalahkan RG dengan pendapatnya, pun tidak menyalahkan orang yang menganggap RG sebagai penista agama. Namun, gue mencoba menawarkan perspektif baru atas pernyataan kontroversial RG.
Nah, Pertama kali yang harus kita tela'ah adalah kata fiksi itu sendiri. Fiksi menurut KBBI adalah (1) cerita rekaan (roman, novel, dan sebagainya); (2) rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan(KBBI). Yang menarik, kata 'fiksi' mendadak menjadi primadona di twitter karena telah menjadi salah satu topik yang populer.
Dari kutipan Spredfast, tercatat dalam 15 jam terakhir, penggunaan kata 'fiksi' meningkat hampir 2.500% dengan digunakan di lebih dari 21.000 cuitan.
Kedua, mari kita tela'ah Al Qur'an sebagai kitab suci. Menurut gue, Al-Quran dikatakan sebagai kitab suci karena Al-Qur'an diturunkan dikota suci (Mekkah) pada bulan suci (bulan Ramadhan).
Pengertian Al Qur'an menurut kitab Ushul Fiqih yang gue pelajari adalah perkataan Allah SWT yang diuturunkan oleh Jibril terhadap Rasulullah SAW, yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia, dan diturunkan dengan bahasa Arab.
Dari pengertian tadi, jelas Al-Qur'an bukan merupakan sebuah fiksi. Gue pun mengingkari jika Al-Qur'an dikatakan fiksi (jika berpatokan pada dua definisi yang gue sebutkan tadi).
Tapi sebentar, ini yang menarik, kali ini gue mencoba memisahkan antara wujud Al-Qur'an dan isi dari Al-Qur'an itu sendiri. Jadi, ada perbedaan antara wujud Al-Quran dan isi Al-Quran, seperti halnya antara manusia dengan karakternya, berbeda elemen tapi satu kesatuan.
Wujud Al-Qur'an sudah jelas merupakan sebuah fakta yang tak terbantahkan seperti penjelasan tadi. Lalu, isi dari Al-Qur'an itu sendiri bagaimana? Mari kita bahas.