Lihat ke Halaman Asli

Abdul Aziz

Arsitek

Ballon D'or

Diperbarui: 6 November 2024   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ballon d'or itu penghargaan untuk pemain terbaik di dunia versi wartawan khusus sepakbola. Hasilnya ya begitulah kadang sesuai dengan selera  para pencinta sepakbola kadang ngga.  Tapi acara itu tetap di tunggu para pencinta sepakbola. Sementara kalau disini kita sudah kenal balon ku ada lima sejak kecil. Pada bait terakhir balonnya meletus dar. Yang meletus itu kita nga tahu karena apa. Itulah misteri dari lagu balonku ada lima. 

Tapi untuk ballon d'or tidak ada mysterinya sama sekali. Siapa pemenangnya seminggu sebelumnya semua sudah pada tahu. Contohnya kemarin Pep Guardiola telp Ancelotti, bilang kalau Rodri yang menang. Ancelotti segera bilang ke bos Real Madrid,  terus ke Vini dkk. Sudah kita ngga usah dateng ke Paris: katanya. Padahal Madrid - Paris seperti Jakarta-Makassar ngga jauh-jauh amat. Yang dateng justru pemain Barca. Barca senang Vini tidak jadi terima ballon d'or. Makanya pas sampai Paris mereka pada ketawa. Apalagi Lamine pemain mudanya yang muslim dapet penghargaan pemain muda terbaik. 

Barca dari dulu banyak diisi oleh pemain muda. Hebat. Lamine dan Cubarsi baru 17 tahun. Bayangin saja umur 17 tahun cara mainnya sudah matang begitu. Kapan belajarnya. Sementara disini anak-anak yang seumuran segitu di suruh pergi latihan pada males. Pas latihan di omelin sama pelatihnya. Terus ngga di bagi bola sama temennya. Begitulah kultur sepakbola kita dari dalamnya saja sudah menghancurkan potensi anak manusia. 

Sementara di la Masia akademy sepakbola Barca yang di didirikan oleh Johan Cryuff membiarkan anak muda bermain bola tanpa instruksi dari pelatih, tanpa pilih kasih. Sehingga semuanya senang. Ketika senang menurut ahli psikologi otak kognitif manusia berfungsi dengan baik. Sehingga ide dan kreativitas muncul dengan sendirinya. Di sana sistemnya memang diciptakan sedemikian rupa sehingga potensi, bakat dan keinginan  tumbuh subur. Wajar setiap tahun lahir pemain  muda yang berbakat. 

Terus juga di sana itu kompetisi untuk yunior ngga banyak. Cukup satu doang ( yang saya tahu ). Seperti EPA disini. Setiap klub iga 1 punya tim kelompok umur yang juga berkompetisi. Ngga ada lagi kompetisi model swasta  seperti di Indonesia. Dengan hanya satu kompetisi tangga ke atas jadi lebih cepat. Hampir semua pemain la Liga lahir dari kompetisi yuniornya. 

Kalau disinikan kompetisi untuk yunior warna warni kayak lagu balonku itu. Dulu pernah ada wacana mau digabung supaya anak-anak hanya fokus pada satu sistem kompetisi. Tapi sampai sekarang belum berhasil. Malah sekarang kompetisi yunior makin banyak.

Kembali ke laptop. Soal terpilihnya Rodri sebagai peraih ballon d'or menurut saya sangat wajar. Prestasinya bersama Man City dan timnas Spanyol sangat fenomenal. 4 kali juara EPL secara beruntun. 1 kali juara liga Champions dan 1 kali juara Eropa. Kemudian dari sisi pribadi: santun dan cool. Beda dengan Vinisius yang provokatif dan urakan. 

Tapi di balik acara ballon d'or yang gemerlap itu ada kesadaran bahwa semua itu adalah upaya branding yang bagus sehingga sepakbola tetap menarik, mengundang penonton datang ke stadion dan menghasilkan banyak fulus. Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline