Indonesia punya banyak cerita. Kisah dan prosanya tiada akhir. Sosial, politik, agama, budaya, cinta dan kuliner. Berjuta riwayat dan penuh makna.
Tak terkecuali Kalimantan, pulau terbesar ke-2 di Indonesia. Mulai dari selatan, timur, tengah, barat dan utara memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah.
Tambang dan hutan belantara menjadi hal yang paling terkenal di Kalimantan. Perusahaan kecil hingga raksasa ada dan tampil mengelola kekayaan alam Indonesia di pulau ini.
Banjarmasin, salah satu kota di provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menyimpan banyak cerita tentang kuliner. Konon, dataran rendah dan dataran tinggi merupakan ciri geografis utama Kalsel.
Secara historis, Kesultanan Banjar pernah berdiri tegak di ikuti oleh suku banjar dan suku dayak. Iklim tropis, sungai Barito, sungai Martapura dan pegunungan Meratus menyimpan banyak kisah.
Penyerangan Majapahit, membuat suku dayak beralih ke pedalaman dan setelah sekian waktu perlawanan kembali dilakukan untuk merebut Banjarmasin yang akhirnya melahirkan Kesultanan Banjar.
Dinamika kehidupan suku Banjar dan suku Dayak sangat harmonis, ikatan dan toleransi terjalin dengan baik. Koalisi Perang Banjar saat melawan pasukan Belanda bersama sekutu telah menjadi bukti otentik kedua suku di Kesultanan Banjar ini sangat solid.
Secara historis, suku Banjar memang lebih dahulu memeluk agama Islam. Tapi, hal ini tidak membuat toleransi dan kasih sayang kedua suku luntur dan pudar.
Bahkan, setiap upacara jimbe, tewah, suku Dayak selalu memberikan dan membuat Balai Hakey, tempat dimana umat muslim yang mayoritas berasal dari suku Banjar dapat memasak dan menyiapkan makanannya sendiri.
Perpaduan nilai-nilai historis, budaya dan letak geografis membuat masyarakat setempat memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri dalam mengelola makanan.