Lihat ke Halaman Asli

Abdulazisalka

Tinggal di The Land of The Six Volcanoes . Katakan tidak pada Real Madrid.

Self-Diagnose, Fenomena Paling "Toxic" dan Berbahaya

Diperbarui: 16 Desember 2020   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kredit foto: Wokandapix, via pixabay

"Setelah baca di Internet, kayanya aku ngalamin depresi deh. Abisnya, gejalanya sama banget. Fix banget nih!!"

Tak jarang kita menjumpai orang-orang "mengklaim" bahwa ia menderita penyakit mental. Depresi, Bipolar, OCD (Obsessive Compulsive Disorder), Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), dan berbagai macam lainnya.

Seiring perkembangan teknologi, semua hal dapat dengan mudah di akses melalui internet. Tak terkecuali dengan informasi kesehatan mental. Banyak jurnal, pendapat, gambar, dan gejala-gejala tentang gangguan kesehatan mental berlimpah tersebar di dunia maya.

Semua informasi dapat ditemui hanya dengan mengetik beberapa kata di Googleraksasa mesin pencari itu. Seringkali pencarian ini dilakukan untuk mengetahui informasi penyakit. Tak memungkiri gejala dari mental illness atau gangguan kesehatan mental juga dicari untuk kemudian melakukan self diagnose terhadap kondisinya .

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dalam beberapa tahun terakhir, hampir 1 miliar manusia hidup dengan gangguan mental, dan satu orang meninggal setiap 40 detik karena bunuh diri. 

Penyebab gangguan mental memang cukup banyak. Bisa karena faktor genetik, ekonomi, lingkungan, cuaca dan penanganan yang tidak tepat. Dampak terbesar tak tertanganinya kesehatan mental dengan baik pada era teknologi sekarang adalah self diagnose.

Dokumen Olah Pribadi. Contoh respon orang-orang setelah melakukan self diagnose tanpa berkonsultasi ke ahli.

Self Diagnose merupakan tindakan mendiagnosa penyakit atau kondisi diri sendiri dengan mencari informasi secara mandiri melalui media tertentu.

Kegiatan self diagnose ini sebenarnya tidak sepenuhnya salah, jika setelah itu melakukan konsultasi ke orang yang memang profesional. Sebagai manusia, tentu sudah menjadi sebuah keharusan untuk mengenali diri sendiri. Mengenali berbagai macam hal, termasuk kelemahan dan penyakitnya.

Sebenarnya saya juga heran dengan orang-orang yang melakukan self diagnose saja tanpa pemeriksaan lebih lanjutHanya berbekal informasi dari internet atau sumber lainnya, ia mampu mendiagnosa dirinya sendiri. Itu tidak wajar bagi saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline