Lihat ke Halaman Asli

Abdul Afwu

Pemikir Lepas

Batuk

Diperbarui: 11 Juni 2024   14:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Vlada Karpovich: https://www.pexels.com/

/1/
Tak henti-hentinya batuk itu bersemayam di bibirmu.
Kubilang, "hentikan!" sembari mengusap dadamu.
Kudengar gemuruh riak dari sisa-sisa dendammu.
Kamu menangis hingga banjir dan mengenang.
"Bisakah batuk itu dihentikan sekarang" tanyaku lagi.
"Bisa, tentu bisa" jawab malam penganggu tidurmu.

/2/
Ada hal yang harus dimaafkan dan meredup.
Sedang kamu harus tau, batuk-batuk itu berasal dari mendung  dan hitam.
Dikumpulkan dari bisikan ketakutan masa depan, bercampur hembusan ingatan masa lalu.
Meletup-letup, meruak di sepanjang hati menuju kerongkongan.
Kamu bersuara "uhuk, uhuk uhuk".

/3/
Agar benar-benar sembuh kamu harus diam dan bersabar.
Sembari batuk-batuk kamu harus bersuka ria.
Ingat ya suka ria bukan sukar ria, apalagi suka riya'.
Suara "uhuk, uhuk uhuk" adalah bahasa, percakapan tubuh kepada penghuninya.
Betapa kamu telah lama menanggalkan dan meninggalkannya.
Ingat ya, "merayakan rasa sakit adalah tradisi menjenguk kesembuhan".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline