Lihat ke Halaman Asli

Keadaan Sedih maupun Bahagia

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seumpama anak kecil yang menginginkan sesuatu,
maka ia mendatangi orang tuanya
kemudian meminta dengan caranya,
dengan merengek manja, mau pun menangis SEDIH,
berharap mendapat apa yang diinginkannya.

Bila diperoleh apa yang diinginkannya,
ia pun BAHAGIA, sehingga kebahagiaannya terfokus
pada apa yang telah diperolehnya,
sehingga TAK DIPENTINGKAN dan TAK DIPEDULIKANNYA lagi
orang tuanya, sehingga ia larut dalam kebahagiaan itu.

Bila seketika yang telah membuatnya bahagia itu
hilang atau rusak, ia kembali mendatangi orang tuanya,
dengan merengek manja, mau pun menangis sedih
berharap agar orangtuanya menghadirkan kembali
kebahagiaan yang hilang darinya.

Boleh jadi, seumpama itu pula manusia terhadap Tuhan-Nya.
"Datang" dengan sedih, "menjauh" ketika bahagia,
dan "datang" kembali bila kebahagiaan itu hilang darinya.

Tuhan itu mengkehendaki
agar manusia tiada berpaling dariNya,
baik dalam keadaan SEDIH maupun BAHAGIA.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline