Lihat ke Halaman Asli

Gus Ulil, Islam Indonesia Unik dan Menarik

Diperbarui: 4 Desember 2017   00:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semnas Studi Islam Kontemporer. (doc.pri)

Ratusan peserta dari berbagai elemen memadati Aula Pascarjana IAIN Surakarta (01/12). Pasalnya bertepatan dengan hari libur nasional Maulid Nabi Muhammad SAW tersebut diselenggarakan kegiatan bertajuk Seminar Nasional Membedah Studi Islam Kontemporer. Turut hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut adalah Gus Ulil Abshar Abdalla dan Dr. Zainul Abbas, M.Ag.

Mengawali paparan Dr. Zainul Abbas menjelaskan bahwa kajian Islam di era modern ini tidak boleh berhenti. Kajian Islam harus terus dilanjutkan dengan tidak hanya terpaku pada teks, namun juga mengkontekstualisasikannya dengan perkembangan dan kebutuhan zaman di era milenial. "Masih banyak mutiara Al-Qur'an dan Hadits yang perlu dibahas dan dikupas di era modern ini", tukasnya.

Selanjutnya Gus Ulil, yang masyhur dikenal sebagai pentolan JIL, mengawali pembahasan tentang studi Islam berkenaan Islam Indonesia yang menurutnya adalah khas, Islam yang unik dan menarik. "Karakter Islam Indonesia itu khas, unik, dan menarik tidak ada duanya di dunia, yaitu Islam yang ramah dan juga Islam yang lucu", tuturnya. Islam ramah bisa kita lihat bagaimana para Walisongo dengan pendekatan budayanya mampu dengan alon-alon tapi pasti untuk mengislamkan penduduk Jawa tanpa disadari melalui akulturasi yang dilakukan dengan budaya lokal setempat.

Berkenaan Islam lucu, lanjut tokoh yang juga mantu dari Gus Mus ini, bahwa tokoh-tokoh seperti Gusdur, KH. Anwar Zahid, dan kiai lainnya mampu membawa dakwah Islam dengan gaya bahasa dan penuturan yang guyon (lucu). Di mana Islam sebagai sebuah tuntunan adalah berisi hal-hal yang serius dan fundamental, namun dengan kreasi dan metode penyampaian para tokoh ini, Islam mampu dibawakan dengan lucu tanpa mengurangi esensi dan substansinya. "Lucu sebagai sebuah metode dakwah, bukan lucu yang nyinyir", tegas Gus Ulil.

Gus Ulil melanjutkan uraian tentang studi Islam di Indonesia, menurut pria kelahiran Pati, 11 Januari 1967 ini studi Islam Indonesia ditandai dengan corak khas hadirnya lembaga pendidikan pesantren. Dengan segala keunikannya, seperti kitab kuning dengan metode makno gandhul-nya, pesantren menjadi representasi pendidikan yang mampu melahirkan tokoh-tokoh besar Islam masa kini.

Gus Ulil juga menambahkan bahwa bahasa Jawa memiliki andil yang besar dalam khasanah studi Islam nusantara. Bahasa Jawa mampu menjelma menjadi bahasa ilmiah dalam kitab-kitab klasik Jawa dan sebagai bahasa pengantar dalam proses pendidikan di pesantren. Namun sayangnya, tidak ada atau bisa dikatakan sedikit para sarjana sastra Jawa atau lembaga yang konsen dalam sastra Jawa yang memberikan apresiasi pesantren sebagai salah satu lembaga yang komitmen dalam melestarikan bahasa Jawa.

Dalam paparan seminar tersebut, Gus Ulil menggarisbawahi bahwa posisi IAIN dalam studi Islam kontemporer sangat strategis. IAIN harus mampu mengambil jalan tengah dengan mengambil pesantren sebagai model pendidikan Islam lalu melengkapinya dengan teori-teori sosial modern. Dengan demikian, Islam akan mampu bersinergi dengan tuntutan dan perkembangan zaman, teks-teks suci agama akan mampu membumi dan selalu aktual dengan perkembangan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline