Dalam Pembukaan Grand Final Lomba Budaya Mutu (LBM) dan Lomba Penulisan Artikel Ilmiah Sekolah Dasar Tahun 2017 (8/11) yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan SD, Dirjen Dikdasmen Kemendikbud RI pada Selasa-Jumat, 7-10 November 2017 bertempat di The Rich Jogja Hotel, Dirjen Dikdasmen Kemendikbud RI, Bp. Hamid Muhammad, M.Sc., Ph.D. menyampaikan pengarahan tentang perlunya penguatan tiga pilar dalam pelaksanaan pendidikan di Sekolah Dasar (SD), yaitu sebagai berikut:
1. Karakter
Karakter sebagai pondasi utama yang harus ditanamkan di Sekolah Dasar (SD), karakter tersebut di antaranya tentang moral, seperti jujur, taat, santun, dan lain-lain. Kemudian karakter tentang kinerja, menjadikan pribadi yang semangat, motivatif, dan tidak lembek. Selanjutnya karakter kebangsaan, pentingnya memaknai perbedaan dalam kebhinekaan, menjadikan perbedaan sebagai sarana untuk menuju persatuan dan kemajuan bangsa. Dan yang terpenting adalah bahwa semua karakter itu tidak hanya diajarkan, tetapi benar-benar dipraktekkan, diberi contoh, dan teladan.
2. Literasi
Literasi bukanlah hal yang baru, sejak kecil melalui Sekolah Dasar sudah diajarkan dengan basic literacy (baca, tulis, hitung). Siswa didorong untuk gemar membaca dan menulis. Sekolah hendaknya juga menerapkan multiliterasi dalam segala aspek seperti seni, budaya, TIK, dan lainnya. Kemudian kembangkan setiap potensi yang ada pada diri anak, karena anak dilahirkan sesuai dengan potensinya yang khas, ada yang pandai dalam bidang akademik, olahraga, seni, dan lainnya. Semua potensi anak harus difasilitasi dan dikembangkan, bukan diberangus.
3. Pengaplikasian 4C
Di era digital yang serba canggih, suatu keniscayaan bahwa anak harus dibekali dengan kemampuan untuk mampu survivedi kehidupan yang baru. Salah satunya dengan menerapkan konsep 4C yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Critical Thinking, ajarkan anak untuk belajar berpikir kritis, berikan kesempatan anak untuk bertanya tentang hal-hal yang ingin diketahuinya, beri kesempatan anak untuk mengeksplor dirinya.
b. Creativity, dorong anak untuk selalu berkreasi, jika anak bangsa tidak kreatif maka akan terjerumus menjadi bangsa yang konsumtif, bentuk pola pikir anak untuk berpikir dan bertindak yang anti mainstream.
c. Communicative, ajari anak untuk berkomunikasi dengan baik, ajak anak ke luar ruangan untuk belajar berkomunikasi, ciptakan pembelajaran yang aktif dan kreatif.
d. Colaborative, kompetensi penting akan tetapi kolaborasi lebih penting, wujudkan anak yang tak hanya pintar, tapi juga mampu bekerjasama. Anak yang pintar namun tidak bisa bekerjasama akan melahirkan anak yang egois (individualis).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H