Lihat ke Halaman Asli

Abdul Mutolib

Pendidik dan pegiat literasi

Berkurban Itu Luar Biasa

Diperbarui: 30 Juli 2020   16:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dentmasoci.com

Idul Adha identik dengan penyembelihan hewan qurban. Bahkan nama lain dari hari raya kedua umat Islam ini adalah Idhul Qurban. 

Meskipun tidak sebesar Idhul Fitri, potensi ekonomi Idul Adha tidak bisa dianggap kecil.

Peneliti Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) Askar Muhammad memperkirakan potensi ekonomi qurban nasional tahun 2020 mencapai Rp 20,5 triliun. Angka tersebut dari perkiraan 62,4 juta keluarga Muslim, dimana 9 persen di antaranya adalah kelas menengah-atas dan diasumsikan 40%nya berkurban. Dengan asumsi itu berarti masi ada 60 % yang belum berkurban. Itulah salah satu hikmah disyariatkannya berqurban dan dijadikan sebagai ibadah sunnah muakkadah.

Esensi dari berqurban adalah berkorban yaitu melepaskan sebagian kecil dari sekian banyak karunia yang diberikan oleh Allah kepada kita.  Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam QS. Al-Kautsar :

Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu kebaikan yang banyak dan tidak terputus. Maka shalatlah kepada Rabbmu dan sembelihlah qurban. Sesungguhnya orang-orang yang tidak menyukaimu adalah orang-orang yang terputus kebaikannya. (al-Kautsar:1-3 )

Melalui ayat ini Allah Swt. memberikan rumus atau resep mencapai kehidupan peribadi dan masyarakat  yang berkualitas penuh limpahan rahmat dan menghadirkan kesejahteraan lahir batin.  Rumus tersebut adalah bersyukur , beribadah, dan berkorban.

Mungkin banyak orang yang kurang yakin dengan rumus ini, atau bahkan memperolok-oloknya. Bagi mereka rumus yang paling ampuh mencapai kesejahteraan adalah bekerja, bekerja dan bekerja.  Itu pula dipersepsi oleh orang-orang musyrik Mekah ketika melihat pengikut beliau pada masa-masa awal kebanyakan orang-orang yang lemah secara sosial ekonomi. Mereka memperolok-olok keimanan dan ketatan Nabi dan para sahabat kepada Allah Swt.  

Maka Allah menurunkan Surah Al-Kautsar untuk memberi motivasi kepada Nabi dan para pengikut beliau  bahwa kekuatan, kesejahteraan dan kedudukan yang tinggi akan dapat diraih dengan bersyukur, beribadah dan berkorban. Mereka yang memperolok-olok dan tidak mengikuti jalan ini, mereka akan terjauhkan dari kesejahteraan dan kemuliaan yang hakiki.

Bersyukur itu mudah diucapkan, tetapi tidak semua orang mampu menjadi hamba yang bersyukur. Bahkan Alquran menyatakan sedikit hamba Allah yang mampu bersyukur. Untuk dapat bersyukur kita harus merasa dan meyakini bahwa nikmat yang dikaruniakan Allah kepada kita amatlah banyak, apa pun situasi yang kita hadapi. Perasaan dan keyakinan positif ini dalam istilah agamanya disebut "husnudzan"  kepada Allah. Siapa yang husnudzan kepada Allah, maka Allah akan mewujudkan apa yang ia yakini tersebut, bahkan Allah menambah nikmat-nikmat lainnya.

Wujud atau bukti kesyukuran kita yang paling utama adalah ketaatan kita dalam beribadah kepada Allah. Shalat yang disebutkan dalam Surah Al-Kautsar  mewakili ibadah-ibadah lainnya. Ibadah disyari'atkan bukan untuk kepentingan Allah, tetapi untuk kepentingan manusia itu sendiri. Oleh karena itu ibadah hendaknya kita lakukan dengan penuh keikhlasan dan kesadaran sebagai kebutuhan dan bukan beban.

Kemudian sebagai pelengkap dari rumus meraih kesejahteraan dan kemuliaan hidup adalah berkorban. Perintah menyembelih hewan qurban mengandung maksud dan makna yang lebih besar,  yaitu agar manusia di dalam kehidupan ini senantiasa  berkorban untuk kepentingan orang lain atau orang banyak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline