Lihat ke Halaman Asli

Abdul Kholil

Ners di RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Perspektif Filsafat Manajemen dan Filsafat Keperawatan

Diperbarui: 29 Juni 2024   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

                                         PERSPEKTIF  FILSAFAT dalam MANAJEMEN relevansinya tehadap PERSPEKTIF FILSAFAT KEPERAWATAN

                           Narasi yang bersumber dari kalimat "Hal terpenting dalam komunikasi adalah mendengar apa yang tidak dikatakan"     hasil penulisan (Drucker, P. F.  1974).

Peter Drucker pernah berkata, "Hal terpenting dalam komunikasi adalah mendengar apa yang tidak dikatakan" (Drucker, P. F.  1974).

Kutipan ini menekankan pentingnya pemahaman mendalam dalam komunikasi, sesuatu yang tidak hanya terletak pada kalimat yang diucapkan tetapi juga pada makna yang tersirat dan konteks yang melingkupinya.

Peter Drucker memang menekankan pentingnya pemahaman mendalam dalam komunikasi, terutama dalam mendengar apa yang tidak dikatakan. Hal ini sangat relevan dalam konteks manajemen keperawatan, di mana komunikasi yang efektif dan pengambilan keputusan yang bijak adalah kunci kesuksesan. Mengintegrasikan tiga sendi filsafat --- ontologi, epistemologi, dan aksiologi --- dapat membantu para pemimpin keperawatan untuk lebih efektif dalam komunikasi dalam pengambilan keputusan serta pemahaman yang lebih mendalam dalam hal mengelola tim mereka dengan lebih baik. Berikut adalah bagaimana ketiga sendi filsafat tersebut dapat diterapkan dalam manajemen keperawatan

1.  Ontologi dalam Manajemen Keperawatan

  • Ontologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat keberadaan dan realitas. Dalam konteks manajemen keperawatan, ontologi dapat membantu pemimpin keperawatan memahami realitas kompleks yang dihadapi pasien dan staf mereka (Katie Wright and Michael Parker, 2024).

a.  Memahami Keberadaan Pasien dan Staf : Pemimpin keperawatan harus memahami kebutuhan, pengalaman, dan perspektif  pasien serta staf keperawatan. Ini mencakup memahami kondisi medis pasien, serta kebutuhan emosional dan psikologis  mereka (Mary Ann Wilson dan Shannon Burke, 2024).

     1).  Meningkatkan Kualitas Perawatan Pasien :

  • Perawatan Berpusat pada Pasien: Memahami realitas pasien memungkinkan pemimpin merancang perawatan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi individu mereka.
  • Komunikasi yang Efektif : Pemahaman perspektif pasien membantu pemimpin berkomunikasi dengan mereka secara lebih efektif dan membangun hubungan kepercayaan.
  • Kepuasan Pasien yang Lebih Tinggi : Perawatan yang berpusat pada pasien dan komunikasi yang efektif dapat meningkatkan kepuasan pasien dan hasil perawatan.

2).  Mendukung Kesejahteraan Staf:

  • Lingkungan Kerja yang Suportif : Pemimpin dapat menciptakan lingkungan kerja yang suportif dan memberdayakan staf mereka untuk memberikan perawatan terbaik.
  • Mengatasi Turnover Staf : Memahami realitas staf dapat membantu pemimpin mengatasi masalah yang menyebabkan turnover dan meningkatkan retensi staf.
  • Meningkatkan Moral Staf : Staf yang merasa didukung dan dihargai lebih mungkin untuk memiliki moral yang tinggi dan memberikan perawatan berkualitas tinggi.

b.  Mengenali Dinamika Tim : Menyadari bagaimana setiap anggota tim berkontribusi pada keseluruhan fungsi unit keperawatan, dan bagaimana interaksi mereka mempengaruhi hasil perawatan (Mary Ann Wilson dan Shannon Burke, 2024).

1).  Meningkatkan Kolaborasi : Mendorong komunikasi terbuka dan rasa hormat di antara anggota tim, sehingga tercipta kolaborasi yang efektif.

2).  Memanfaatkan Kekuatan Tim : Mengidentifikasi dan memanfaatkan kekuatan dan bakat individu untuk mencapai tujuan tim.

3).  Mengatasi Konflik : Membantu tim menyelesaikan konflik secara konstruktif dan menjaga moral tim tetap tinggi.

4).  Meningkatkan Hasil Perawatan : Kolaborasi tim yang efektif dan komunikasi yang terbuka dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien dan hasil perawatan.

2.  Epistemologi dalam Manajemen Keperawatan

  • Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat, asal, dan batasan pengetahuan. Dalam manajemen keperawatan, epistemologi membantu pemimpin keperawatan dalam pengambilan keputusan berbasis pengetahuan dan bukti (Higgs, 2019).

a.  Pengambilan Keputusan Berbasis Bukti : Menggunakan data, penelitian, dan bukti klinis untuk membuat keputusan yang berdampak pada perawatan pasien dan operasional rumah sakit (Stevens, 2020).

b.  Pembelajaran Berkelanjutan : Mendorong budaya belajar dan pengembangan profesional di antara staf keperawatan, memastikan bahwa mereka selalu up-to-date dengan praktik terbaik dan pengetahuan terbaru di bidang keperawatan (Sherwood & Horton-Deutsch, 2020).

c.  Mengembangkan Pengetahuan Kontekstual : Menyadari bahwa pengetahuan medis tidak hanya teknis tetapi juga kontekstual, tergantung pada situasi spesifik pasien dan lingkungan rumah sakit (Greenhalgh, 2018).

3.  Aksiologi dalam Manajemen Keperawatan

  • Aksiologi adalah cabang filsafat yang berhubungan dengan nilai-nilai, termasuk etika dan estetika. Dalam manajemen keperawatan, aksiologi membantu pemimpin keperawatan menilai dan menentukan nilai-nilai yang mendasari praktik dan keputusan mereka (Chinn & Kramer, 2021).

a.  Etika Keperawatan : Mengutamakan etika dalam setiap aspek perawatan, memastikan bahwa keputusan dan tindakan selalu berpihak pada kesejahteraan pasien dan keadilan (Burkhardt & Nathaniel, 2020).

b.  Membangun Budaya Peduli : Menciptakan lingkungan kerja yang didasarkan pada nilai-nilai seperti empati, hormat, dan dukungan, baik terhadap pasien maupun antarstaf (Duffy, 2020).

c.  Penilaian Nilai dan Prioritas : Menetapkan prioritas dalam perawatan yang sejalan dengan nilai-nilai inti keperawatan dan misi rumah sakit, seperti keselamatan pasien, kualitas perawatan, dan kepuasan pasien (Marquis & Huston, 2020).

  • Kesimpulan

Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ontologi, epistemologi, dan aksiologi, pemimpin keperawatan dapat meningkatkan efektivitas komunikasi dan pengambilan keputusan. Ini tidak hanya mencakup mendengar apa yang dikatakan tetapi juga memahami konteks dan makna yang lebih dalam di balik kata-kata tersebut. Pemimpin yang mampu melihat realitas secara holistik, membuat keputusan berdasarkan pengetahuan yang valid, dan mengedepankan nilai-nilai etika dan empati, akan mampu menciptakan lingkungan perawatan yang lebih baik dan mendukung kesejahteraan seluruh pihak yang terlibat.

                                                                                                          Referensi

ABDUL KHOLIL

MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG

MATA KULIAH FILSAFAT ILMU MANAJEMEN

DOSEN Prof. Dr.Ir. SONNY LEKSONO, SE.MS




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline