Lihat ke Halaman Asli

Pertanian Organik (Organic Farming) untuk Agroekosistem Sehat

Diperbarui: 1 Desember 2018   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pertumbuhan penduduk diprediksikan akan mengalami peningkatan, sedangkan lahan penyedia bahan pangan semakin lama semakin mengalami penyusutan. Demikian itu menjadi persoalan utama saat ini bagi para penggiat pertanian, kita kerucutkan pada pangan.

Meningkatnya angka pertumbuhan penduduk perlu diimbangi dengan peningkatan jumlah bahan pangan. Hal ini akan menjadi tantangan bagi praktisi pertanian pangan untuk berupaya meningkatkan hasil lanen mereka. Demikian juga perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah, bisa seperti pengadaan pelatihan, pemantauan, serta pembimbingan bagi petani secara keseluruhan.

Selain berupaya untuk meningkatkan hasil panen, perhatian pada kesehatan lingkungan juga perlu dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Hal ini tidak terlepas pada maraknya penggunaan sarana produksi (saprodi) pertanian sintetis yang dapat mengurangi keseimbangan ekosistem pertanian. Residu yang ditinggalkan akibat penggunaan saprodi tersebut akan mengintervensi keseimbangan lahan sehingga mengurangi kualitas lahan.

Bertolak pada kondisi tersebut, sejak tahun 2010 pemerintah Indonesia sudah mencanangkan gerakan pertanian organik (organing farming). Pertanian organik merupakan jawaban atas permasalahan-permasalahan ligkungan yang ada pada lahan pertanian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline