Lihat ke Halaman Asli

Abdul ShabirMarhadi

Praktisi Pendidikan YPI Al Azhar

Pengaruh Minat dan Kedisiplinan terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu

Diperbarui: 9 Juni 2023   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENGARUH MINAT DAN KEDISPLINAN   TERHADAP PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERPADU

 (Survei pada Siswa SMP Swasta di Kota Bekasi)


Disusun oleh : Abdul Shabir Marhadi, M.Pd.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis dan menguji kebenaran hipotesis mengenai Pengaruh Minat dan Kedisiplinan terhadap Prestasi Belajar IPS Terpadu. Hipotesis penelitian yang diuji meliputi : 1) Pengaruh yang signifikan minat dan kedisplinan secara bersamaan terhadap terhadap prestasi belajar geografi. 2) Pengaruh yang signifikan minat terhadap prestasi belajar geografi. 3) Pengaruh yang signifikan kedisplinan terhadap prestasi belajar geografi.. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif. Populasi adalah peserta didik SMP Swasta pada Kelas VII, VII, dan IX di Kota Bekasi dengan besaran sampel 60 peserta didik dengan teknik sampel menggabungkan cluster sampling, proporsional sampling dan random sampling. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner untuk mengetahui variabel minat dan kedisiplinan  serta instrumen test untuk mengukur prestasi belajar yang telah lolos uji. Hasil pengujian hipotesis diperoleh sebagai berikut: 1) Terdapat pengaruh signifikan minat dan kedisiplinan  secara bersama-sama terhadap prestasi belajar ilmu pengetahuan sosial terpadu. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai Sig. 0,000 < 0,05 dan Fh = 289,219. 2)Terdapat pengaruh signifikan perhatian orangtua terhadap prestasi belajar geografi Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai Sig. 0,000 < 0,05 dan thitung =3,975.          3)Terdapat pengaruh signifikan kedisplinan terhadap prestasi belajar geografi hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai Sig. 0,000 < 0,005 dan thitung = 4,418.  

A.  Latar Belakang Penelitian

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dari individu lain. Mereka saling bergantung satu sama lain. Manusia sendiri berkembang dan belajar dalam lingkungan keluarga, teman, sekolah, dan masyarakat. Dari tahapan tersebut, keluarga merupakan agen sosial yang memegang peran penting terhadap perkembangan anak, karena keluarga merupakan tempat pertama di mana anak berlatih untuk bersosialisasi. Barulah untuk tahap selanjutnya anak dapat bersosialisasi dengan lingkungan teman, sekolah, dan masyarakat.

Salah satu agen pendidikan yang paling berperan yaitu sekolah. Anak memasuki sekolah sejak kanak-kanak hingga usia dewasa mereka. Sekolah sebagai agen pendidikan akan menanamkan nilai-nilai afektif, kognitif, dan psikomotorik untuk membentuk kepribadian siswa. Namun, seringkali yang menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan di sekolah hanyalah aspek kognitif saja, yaitu aspek pengetahuan siswa. Aspek yang lain seringkali terabaikan oleh pihak sekolah maupun pihak orang tua untuk mendapatkan penilaian ataupun evaluasi. Aspek kognitif ini seringkali diukur dengan tes prestasi belajar siswa. Tes prestasi belajar bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru ketika pembelajaran di dalam kelas. Tes prestasi belajar digolongkan menjadi tes formatif, tes submatif, dan tes sumatif. Hasil yang diharapkan adalah prestasi belajar yang dicapai siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Ngalim Purwanto (2013: 102-106) mengatakan bahwa prestasi belajar secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan dari luar diri siswa (eksternal). Faktor yang berasal dari dalam diri siswa diantaranya keadaan kematangan, intelegensi, latihan, ulangan, motivasi belajar, disiplin belajar, dan kebiasaan belajar. Faktor yang berasal dari luar diri siswa yaitu seperti keadaan keluarga, guru, alat-alat pelajaran, motivasi sosial, lingkungan masyarakat, teman sebaya, sekolah, dan kesempatan. Dari faktor-faktor tersebut, faktor internal maupun faktor eksternal memiliki peran yang sama penting dalam mempengaruhi prestasi belajar. 

Prestasi belajar diperoleh setelah guru melakukan evaluasi belajar terhadap proses belajar peserta didik selama satu periode. Prestasi belajar biasanya diwujudkan dalam nilai yang dapat berupa angka atau huruf dan dilaporkan dalam buku laporan prestasi belajar. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapaian prestasi belajar peserta didik. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam suatu pembelajaran sangat tergantung dari faktor-faktor dan kondisi yang mempengaruhi proses belajar mengajar. 

Slameto (2013: 180) mengatakan bahwa salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah minat. Minat yang dimaksud dalam konteks tersebut merupakan minat belajar siswa terhadap suatu mata pelajaran di sekolah. Minat belajar sendiri merupakan rasa senang dan tertarik terhadap suatu materi pembelajaran yang diekspresikan dengan perhatian dan partisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Apabila seorang siswa memiliki minat terhadap pelajaran tertentu, maka ia akan memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru, mendengarkan penjelasannya, dan ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran tanpa ada yang menyuruh ataupun paksaan dari luar. 

Hal ini ditegaskan Nini Subini (2012: 87) mengatakan bahwa minat belajar sangat berdampak pada prestasi belajar siswa. Minat belajar yang tinggi akan membawa anak untuk lebih mudah dalam mempelajari suatu materi pembelajaran. Karena apabila seseorang tidak memiliki minat, tentunya ia tidak akan bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Oleh karena itu, seorang guru memiliki peranan penting di dalam kelas untuk menumbuhkan minat belajar siswa agar tertarik terhadap pelajaran yang akan dipelajarinya. 

Faktor internal lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah disiplin belajar (Ngalim Purwanto, 2003: 104). Dalam hal ini keluarga juga menjadi agen yang penting bagi pembentukan kedisiplinan seorang anak. Keluargalah yang menanamkan kedisiplinan sejak seorang anak dilahirkan. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa kedisiplinan juga terbentuk melalui lingkungan pendidikan yang lain pula. Salah satu lingkungan pendidikan yang sangat mengutamakan kedisiplinan adalah sekolah. Di sekolah anak dituntut dan dilatih membiasakan diri mengikuti berbagai peraturan yang telah ditetapkan di sekolah, baik itu disiplin untuk belajar maupun disiplin terhadap peraturan di sekolah. 

Untuk menanamkan kedisiplinan di sekolah seringkali juga diikuti dengan bentuk punishment bagi anak yang tidak mematuhinya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk membentuk karakter disiplin pada siswa. Tingkat kedisiplinan belajar siswa akan membawa pengaruh terhadap prestasi belajar siswa (Nurul Zuriah, 2007: 83). Jika tingkat kedisiplinan belajar seorang anak rendah, maka kesungguhan anak dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar juga akan rendah. Sebaliknya, apabila seorang siswa memiliki disiplin belajar tinggi maka ia akan memiliki kualitas belajar yang lebih baik dikarenakan kontrol dalam diri yang lebih baik pula.

Menurut Permendikbud No. 53 Tahun 2015 mengatakan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengukuran prestasi belajar dilakukan oleh satuan pendidikan yaitu sekolah. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi lulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik siswa, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. Apabila terdapat siswa yang belum dapat menuntaskan nilai KKM, maka harus melakukan remidial. 

 Tingkat kedisiplinan belajar yang tinggi dibutuhkan agar siswa memiliki kontrol terhadap diri sendiri untuk melaksanakan kewajibannya dalam belajar. Tingkat kedisiplinan belajar akan mempengaruhi prestasi siswa, apabila siswa mampu mendisiplinkan diri untuk belajar rutin tentunya prestasi belajar siswa tersebut dapat maksimal. Begitu juga dengan prestasi belajar ilmu pengetahuan sosial terpadu (IPS Terpadu) akan dapat maksimal apabila dalam belajar siswa memiliki disiplin yang tinggi. Kurangnya disiplin belajar siswa juga terlihat dari indikator tidak tepat waktu saat mengumpulkan tugas dan mengerjakan pekerjaan rumah mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial terpadu (IPS Terpadu) di sekolah sebelum jam pelajaran dimulai. 

Faktor internal yang juga mempengaruhi prestasi belajar yaitu latihan maupun ulangan (Ngalim Purwanto, 2013: 103). Apabila siswa terbiasa untuk mengulang materi pelajaran di rumah, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi semakin dikuasai dan semakin mendalam sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa kemauan siswa untuk mengulang materi atau mengerjakan soal-soal latihan masih kurang, hal ini terlihat ketika guru menanyakan mengenai materi minggu sebelumnya siswa tampak kesulitan untuk menjawab. Kemudian ketika diminta sukarelawan untuk membantu tidak ada siswa yang bersedia untuk menjawabnya. Hal ini menunjukkan bahwa kesiapan siswa di dalam kelas masih kurang karena tidak ada pengulangan materi maupun latihan yang dilakukan oleh siswa di rumah  mempelajari materi di rumah. 

Setiap materi dalam mata pelajaran memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda. Begitu pun dalam mata pelajaran Ilmu pengetahuan sosial terpadu (IPS Terpadu), ada beberapa materi yang memerlukan imajinasi yang kuat untuk menggambarkan suatu peristiwa masa lalu, sehingga siswa harus mempunyai daya imajinasi yang tinggi. Akan tetapi, tidak semua materi dalam setiap mata pelajaran sukar untuk dicerna, sehingga memerlukan pemahaman dan minat sebagai perantaranya. Pada satu sisi ada materi pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tapi ada juga materi pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan mengangkat penelitian tentang minat sebagai usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu, variabel lain yang diangkat adalah tentang kedisiplinan. Adapun secara lengkap judul penelitian ini adalah "Pengaruh Minat dan Kedisiplinan Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu (Survey Pada Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kota Bekasi) ".

B.  Identifikasi Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang muncul berhubungan dengan prestasi belajar ilmu pengetahuan sosial terpadu (IPS Terpadu) sebagai berikut:

  1. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

  2. Pendidikan sangatlah penting dan menjadi tolak ukur keberhasilan suatu Negara.

  3. Masih adanya siswa yang kurang memiliki perhatian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu (IPS Terpadu).

  4. Adanya anggapan sulitnya mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial terpadu (IPS Terpadu) karena luasnya bahan kajian ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan sosial terpadu (IPS Terpadu).

  5. Masih kurangnya upaya guru dalam meningkatkan minat belajar siswa mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial terpadu (IPS Terpadu).

  6. Kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial terpadu (IPS Terpadu), terlihat dari indikator kurangnya perhatian siswa saat pembelajaran, rasa senang dan tertarik yang masih belum muncul, serta aktivitas siswa yang masih rendah dalam kegiatan tanya jawab. Hal tersebut dapat menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline