Lihat ke Halaman Asli

Habibullah

Mahasiswa

Asli Rame Parah!!! Jualan cuma Satu Menu, tapi bikin Antri..

Diperbarui: 25 Desember 2024   06:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Tampak Depan Warung  Pedesan Ayam (Sumber: Ayam Pedesan Ngadi)

Berbicara mengenai kuliner yang ada di Kediri memang tak ada habisnya. Banyak sekali kuliner yang dijajakan mulai dari pinggir jalan, warung-warung kecil sampai rumah makan. Salah satunya warung pedesan ayam ini, bertempat di dusun Tambak desa Ngadi kecamatan Mojo kabupaten Kediri tepat searah dengan makam Gus Miek.

Warung pedesan ayam ini termasuk warung legendaris dan hidden gem, karena telah berdiri sejak lama dan tidak pernah berpindah tempat meskipun kecil tapi selalu rame pembeli. Dari dulu warung ini hanya menyediakan satu menu tapi berubah. Maksudnya yaitu yang mana dulunya jualan botok iwak kali, sekarang telah berganti menu menjadi ayam goreng dengan kuah pedas.

“Kalau merintis saya kurang tahu mas, itu kan sudah bangunan ketiga ya kurang lebih sekitar 30 tahunan.” Ujar mas Naryo selaku anak dari pemilik warung tersebut. Ya memang warung ini telah berdiri sejak lama dan tidak pernah sepi pembeli. Pembelinya pun bukan dari warga sekitar sana saja, akan tetapi banyak juga yang dari kota maupun luar kota.

Salah satunya yaitu Emiral Haq, Sabtu (21/12/2024), mahasiswa dari IAIN Kediri dan juga pemburu kuliner yang turut serta mengantri demi mencicipi sebuah kuliner yang katanya nikmat dan lezat tersebut. “Saya berangkat dari kota itu mulai jam 19.00 WIB karena sangat penasaran dengan makanan yang satu ini. Setelah antri dan mencoba, ternyata menunya memang seenak itu.” Ucap Emiral Haq selaku pelanggan baru pada warung tersebut.

Warung yang terletak disebelah timur makam Gus Miek tersebut buka mulai pukul 7 malam. Untuk tutupnya sendiri masih belum tentu, terkadang jam 2, 3, bahkan pernah sampai jam 4 pagi. Harganya sendiri dibandrol Rp. 17.000,- untuk seporsi makan pedesan ayam dan juga minum teh hangat.

Sebenarnya tidak ada ciri khas khusus yang membuat warung tersebut ramai, mungkin dari cara mengolahnya masih secara tradisional. “Yaa mungkin kebawa rejeki aja mas, sebenarnya dari cara mengolahnya juga sama mungkin kalau disini masih memakai kayu bakar dan ayamnya juga masih fres dan disediakan hangat.” Tutur mas Naryo.

Yang menjadi beda dari warung ini adalah warung ini dikelola oleh satu keluarga dan tidak pernah mengambil orang lain untuk dijadikan pegawai. “Itu yang bekerja semua adalah saudara mulai dari mas, mbak, dan saya.” Imbuh mas Naryo.

Warung makan ini sangat cocok dinikmati pada malam hari bersama teman, kerabat, saudara, maupun keluarga. Selain harganya yang cocok, lokasinya pun juga sangat strategis karena dapat dikunjungi peziarah setelah ziarah dari makamnya Gus Miek.

Foto Orang Mengantri di Warung Pedesan Ayam (Sumber: Ayam Pedesan Ngadi)

Foto Orang Makan di Teras (Sumber: Ayam Pedesan Ngadi)

Foto Menu Paket Pedesan Ayam beserta Es Teh (Sumber: Ayam Pedesan Ngadi)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline