Lihat ke Halaman Asli

Pengakuan Penerima Beasiswa Luar Negeri Dikti

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bulan ini tepat dua tahun saya tinggal di Kyoto.

Kota yang nyaman dan menyenangkan.

Terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (selanjutnya disebut Dikti) dan Rakyat Indonesia yang telah memberikan kepercayaan kepadaku untuk bersekolah.

Ya, saya sekolah dengan beasiswa luar negeri Dikti.

Soal keterlambatan (sampai sekarang belum cair, semoga secepatnya), inilah momentum memperbaiki diri.  Inilah dunia publik di mana transparansi dan profesionalisme menjadi hal utama dan media menjadi salah satu pilar. Ah, apalagi kita mau masuk ke era Indonesia baru. Semoga segala kisruh ini menjadi nasihat untuk kita semua.

Jika saya dengan bersemangat menceritakan di blog ini tentang terlambatnya beasiswa Dikti, hari ini saya akan bercerita tentang studi saya. Ya, anggap saja laporan pertanggungjawaban atau hisab atas duit rakyat yang saya pakai.

Harus adil, kan?

Saya sekolah di program Doktor Graduate School of Global Studies Doshisha University dengan beasiswa luar negeri Dikti mulai tahun 2012. Pembimbing saya Prof. Eiji Oyamada, beliau ahli governance dan pernah tinggal beberapa waktu di Indonesia serta bisa berbahasa Indonesia. Saya senang sekali dibimbing beliau karena diskusi bisa amat nyambung dan berkembang. Maklum, studi saya adalah soal desentralisasi dan politik lokal di Indonesia.

Selain itu, beliau juga berperan sebagai ayah bagi saya di Kyoto. Berbagai persoalan di luar aspek akademik juga dibantu. Sebagai contoh, waktu anak saya masuk SD, beliau membantu menelepon pihak SD memastikan segalanya berjalan lancar. Oh ya, anak saya juga amat girang karena mendapat angpau ketika diundang makan siang merayakan tahun baru. ;)

Saya juga membantu Sensei sebagai Teaching Assistant. Mengajar hanya kadang-kadang saja (tepatnya diksusi soal riset kami ke anak-anak master), tugas utamanya adalah membantu mengumpulkan data atau memperbanyak bahan. Sensei juga membantu dalam dunia akademik secara penuh. Progress report misalnya, beliau isi di kesempatan pertama, 23 Juli, ketika email dari Dikti datang.

Oh ya, karena sadar bahwa studi saya dibiayai rakyat, maka saya mencoba belajar dengan giat dan berencana lulus tepat waktu. Syarat kelulusan adalah menghasilkan dua buah jurnal internasional dan dua buah presentasi internasional, di luar kewajiban menulis disertasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline