Lihat ke Halaman Asli

Abdul Rozak

Menjadi Manusia yang memanusiakan

Koleksi Gelar, Koleksi Mal (Harta)

Diperbarui: 10 April 2022   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagi saya Gelar Akademik seperti halnya Bonus (penting-gak penting), Saya Analogikan Seperti Bonus HP/Laptop saat Beli Mobil. Seseorang Beli Mobil karena kebutuhan kerja yang setiap minggu harus keluar kota, lebih murah daripada harus rental mobil setiap minggunya. 

Tapi ketika beli mobil tidak dapat bonus yang di janjikan ya orang akan protes "apa2an ini, masak janji dapat HP/laptop tapi kok kayak janji pejabat waktu kampanye". Gelar Akademik adalah bonus karena jerih payah belajar. Ibarat Buku, Isinya adalah Ilmu, covernya adalah gelar.

Tapi ada yang berpendapat idealis : "kuliah kok cari gelar/ijazah, kuliah cari ilmu!". Saya sendiri kuliah cari ilmu dan tidak naif utk mengatakan bahwa kuliah juga cari ijazah & gelar. Ada temen saya dropout dari kampus ternama di Jogja setelah menimba ilmu di kampus tersebut selama 7 tahun. Iya ilmunya dapat tapi kan kasihan tak dapat ijazah & gelar. Kalau melihat fenomena di Indonesia orang yang kerja sesuai spesifikasi keilmuan dibawah 50% (job oriented)

Koleksi gelar ada yang bertingkat (S1,S2,S3) ada juga yang satu tingkat Double degree (S.H & S.H.I). Ada juga kakak tingkat saya yang double degree kuliah di tempat yang sama dengan saya & ditempat lain. Yang saya amati dari dia kadang datang terlambat, atau jadwal bentrok (ini mungkin minusnya). Kelebihannya dapat dua spesifikasi keilmuan & tentu dua gelar. Double degree menurut saya melihat melihat kapasitas diri, yang maniak belajar monggo, yang santai dan selow seperti saya kayak ndak dulu deh...

Kalau koleksi gelar diidentifikasi sebagai koleksi ilmu (kita abaikan orang yang bergelar akademik tanpa berilmu), maka koleksi gelar lebih baik daripada koleksi mal/harta (tanpa mengesampingkan fungsi harta sebagai faktor pemenuhan kebutuhan hidup). 

. --

Nabi Sulaiman disuruh memilih antara harta benda, kerajaan, dan ilmu. Maka dia memilih ilmu, akhirnya dia diberi pula kerajaan dan hata benda (HR. ad-Dailami).

Kalau dibandingkan dengan koleksi amal soleh/kebaikan mana yang lebih utama ? mungkin dilain kesempatan bisa sampean tanyakan kepada ustadz2 yang kredible.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline