Lihat ke Halaman Asli

Abd Rahman Hamid

Penggiat Ilmu

Membaca Mandar dengan Pemikiran Ibnu Khaldun

Diperbarui: 24 Februari 2023   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Pada seri diskusi (ke-12) Tanah Air: The Malay Maritime Civilisation Project, yang diprakarsai Prof. Dato Dr. Ahmad Murad Merican (Profesor Sejarah Sosial dan Intelektual, sekaligus Ketua Unit Tamaddun Melayu-Islam, Universitas Antarbangsa Malaysia), pada 23 Februari 2023 secara daring, penulis menyajikan materi tentang "Pasang Surut Jaringan Maritim Mandar di Selat Makassar dalam abad ke-20". Acara ini berlangsung selama hampir dua jam.

              Sejarah maritim Mandar selama ini terbaikan karena berada dalam bayang-bayang Bugis dan Makassar. Padahal, Mandar adalah salah satu etnis mayoritas di Provinsi Sulawesi Barat. Wilayahnya dibasahi oleh perairan Selat Makassar. Kalau Pulau Sulawesi dilihat seperti orang yang menghadap ke Timur, dengan posisi tangan dan satu kaki menjulur ke depan, maka pemukiman Mandar berada di punggung pulau tersebut.

              Kekurangan pengetahuan, kalau tak mau dikatakan tidak diketahui, mengenai Mandar mewarnai suasana diskusi ini, dimulai dari pertanyaan Prof. Murad selaku moderator sampai pertanyaan peserta di kolom chat youtube ISTAC TV yang menyiarkan langsung kuliah tersebut.

tangkapan layar

Di antara komentator ada yang menanyakan mengenai penanda khusus etnis Mandar. Penulis menjawab, bahwa hal yang paling mudah dikenal ialah bahasa yang digunakan oleh orang Mandar, yakni bahasa Mandar. Bahasa ini berbeda dengan bahasa Makassar dan Bugis.

Namun, bila kita cermati pada jenis perahu yang diproduksi dan digunakan oleh orang Mandar, maka kita akan sulit membedakannya dengan perahu yang dipakai oleh Makassar dan Bugis. Semua etnik tersebut menggunakan perahu padewakang dan palari dalam pelayaran niaga lintas selat dan laut di Nusantara.

Salah satu perahu khas Mandar ialah perahu (papan) Baqgo dan perahu (lesung) Sandeq.  Selain perahu tersebut, jenis perahu lain yang pernah digunakan pelaut Mandar adalah lambo, yang dikenang oleh pelaut Mandar sebagai perahu khas Buton, dan perahu lete-lete yang mirip dengan perahu Madura.

Kesamaan jenis perahu yang digunakan itu menunjukkan bahwa dunia bahari sangat terbuka. Para pelautnya mudah menerima, mengadaptasi, dan meniru teknologi perahu etnik lain. Ini adalah sesuatu yang lumrah.

Bagi pelaut, yang terpenting ialah kemudahan dan fungsinya sebagai alat transportasi niaga ramah lingkungan yang bertumpu pada kekuatan tenaga angin.

tangkapan layar

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline