Lihat ke Halaman Asli

Hutan Sang Raja Kehidupan

Diperbarui: 24 Februari 2023   00:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret Suasana kampung halaman (Dokumentasi pribadi, 2023)

Hutan Sang Mutiara Kelahiran


Aku masih terduduk manis di taman kampus mengingat-ingat situasi kondisi
kampung halamanku 1 dekade yang lalu. Memori terpancar dan masih ingat betul
bagaimana keindahan nan memanjakan mata kala me-refresh kenangan masa balita di
kampung nan bestari itu. Semua terasa asri dan masyarakatnya juga masih sangat rukun
dan makmur.


Hamparan hutan rakyat yang masih sangat hijau dan sejuknya mata kala
memandang luas ke sekeliling kampung nan bersejarah itu, tempat dimana saya
menghabiskan masa balita hingga remaja. Namun kini saya sudah menjajaki perjalanan
ke luar kota hingga ibukota provinsi, suasana kampung halaman dan segala kekayaan
rasa, alam dan kenangannya tetap terpatri dalam sanubari.


Hutan yang sangat segar dan terjaga kelestariannya jadi modal yang sangat
penting untuk masyarakat sekitar. Terlebih lagi dengan kekayaan khazanah jenis-jenis
vegetasi yang hidup di dalamnya. Terdapat juga pohon-pohon kayu yang bernilai cukup
tinggi yang cocok dijadikan furnitur dan mebel. 

Aku dan segenap generasi yang terpilih
oleh semesta lahir dan berkembang di daerah yang nan kaya akan sumber daya alam,
merasa sangat bersyukur serta bangga akan pesona daerah yang sangat tinggi.
"Kita harus bangga memiliki daerah yang kaya dan termasyur" ucap Ucok pada
kami kala menjejaki hutan rakyat. Kita bangga "ucap kami (dengan lantang)
segerombolan anak kecil pemimpi". 

Satu waktu di bulan Februari, hinggap juga kami
pada kebiasaan anak-anak yang suka bermain layang-layang. Uniknya kala itu ketika
layang-layang putus benangnya kami umumnya terlalu asyik untuk mengejar layangan
tersebut bahkan jika sampai ke hutan rakyat sekalipun yang ditumbuhi tanaman karet dan
vegetasi lainnya. Di tengah pencarian itu, kami sadar peluang hanya ada dua, layangan
dapat atau kami malah tersesat di tengah hutan.

Kami hanya tahu bermain dengan asyik, dan tidak memikirkan bakal tersesat di
hutan kelahiran nan kaya itu. Sang pionir, Herman terus memandu kami memasuki hutan
sambal melirik ke luasnya langit kala layang-layang semakin menurun ke bawah.
Menelisik masuk ke dalam, dan kami tetap bergerak bersama. Terjatuh, terjebak ke dalam
lubang (bekas lubang tanaman karet yang sudah membusuk), tawa dan merintih
kecapekan menjadi seribu nikmat berteman dengan anak-anak petualang dan pemimpi di
kampung halaman.


Ujung-ujungnya kami hanya kewalahan kala layangan itu tersangkut pada pohon
karet yang tingginya tidak ketolongan. Indra, sang kancil dalam tim mencoba memandu
ide dengan mengumpulkan kami semua. Di tengah dia memberi arahan, bahwa akan
mencoba mencari sisa benang layangan tersebut dan sebagian tim lainnya akan mencoba
dnegan bantuan ketapel dan sedikit benang mencari layangan calon mangsa yang akan
coba direbut paksa dari pemiliknya. Semua bersiap!!! "kata Indra". Secara beriringan
kami menjawab "Siap pak kancil".

Kami menjalankan siasat perang nan maha taktikal itu. Hingga di tengah isak
merintih kami dapat juga membawa layangan itu pulang dan 1 mangsa layangan itu
berhasil menjadi milik kami. Senang sekali rasanya dan bercampur aduk, bahwa
petualangan membuahkan hasil. 

Misi berhasil dan mendapatkan tujuan dan menikmati
pencarian dan penjelajahan di hutan kampung kelahiran bagai mutiara kebanggaan buat
kami masyarakat dan pemerintah. Hingga hari ini pesona dan keanggunannya menjadi
titik kerinduan kala mengingat masa-masa dengan teman sepermainan kala menjejaki
masa balita dan remaja di bumi kelahiran tersebut. Mashyur dan tetap lestari hutanku!!!

Tunggu aku kembali menjejakimu.
Ketika tujuan akan kesuksesan serta jika waktu boleh mengizinkan, menjejaki
hutan sang paru kelahiran adalah daftar pertama yang ingin kugapai. Bagaimana tidak,
daya magisnya dan kondisi yang masih asri, terawat serta terlestarikan hingga hari ini
menjadi kebanggaan besar untuk kami generasi pertengahan yang menaungi kampung nan bestari itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline