Puncak keabsurdan PSSI itu mencapai titik tertinggi saat pemerintah dalam hal ini Menpora tak lagi mengakui kepengurusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) itu di bawah kepemimpinan Ketua Umum Nurdin Halid dan Sekretaris Jenderal, Nugraha Besoes.
PSSI makin absurd, demikian pendapat saya melihat gagalnya penyelenggaraan Kongres PSSI di Pekan Baru kemarin. Kongres yang seyogyanya memilih pengurus baru PSSI benar-benar gagal dilakukan. PSSI pun masih diurus pengurus-pengurus lama yang tak punya kredibilitas lagi, apalagi akuntabilitas, dan benar-benar tak diakui lagi. Kalau mereka punya kredibilitas dan akuntabilitas tentu mereka bakal tak didemo dan dipaksa turun, dan tak bakal menjadi absurd seperti sekarang. Puncak keabsurdan PSSI itu mencapai titik tertinggi saat pemerintah dalam hal ini Menpora tak lagi mengakui kepengurusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) itu di bawah kepemimpinan Ketua Umum Nurdin Halid dan Sekretaris Jenderal, Nugraha Besoes. Tak hanya itu, Pemerintah juga sekaligus tidak mengakui lagi kegiatan keolahragaan yang diselenggarakan oleh kepengurusan PSSI tersebut, demikian pernyataan Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Alifian Mallarangeng didampingi Ketua Umum KONI/KOI Rita Subowo, di kantor Menpora, Senin - 28/3/2011 (Tempointeraktif.com). Meski keputusan tersebut sebagai salah satu bentuk intervensi pemerintah, namun itu tak lebih dari salah satu cara untuk menghentikan kepengurusan Nurdin cs, yang makin absurd dan ngotot itu. Lebih absurd lagi, dalam pemberitaan Metro TV malam ini (28/3), Nurdin menantang Menpora, katanya dia akan bersedia turun dari kepengurusan PSSI kalau Menpora juga ikut turun. Dia juga menuding kalau Menpora lah yang mengobok-obok PSSI selama ini. Walah, makin absurd kan masalah PSSI. Kok malah Nurdin menantang Menpora, sudah tahu dia tak disukai banyak orang dan kalangan kok malah buat tantangan pada Menpora. Kalau memang cinta PSSI dan legowo, Nurdin seharusnya sudah turun sejak dini sebelum jadi absurd seperti sekarang. Kalau sudah begini, banyak pihak yang dikambinghitamkan. Efeknya pun sudah kemana-mana, TNI pun dibawa-bawa, dan PSSI pun dipolitisasi, hingga Presiden pun disinggung-singgung. Kalut, kacau, balau, makin absurd, itulah yang cocok untuk menggambarkan PSSI sekarang ini. Sebagai warga yang tak suka sepak bola, yang selama ini tak mau tahu tentang PSSI, jadi ikut-ikutan terbawa arus. Mau dibawa kemana PSSI? Bukannya prestasi yang diributkan dan dibenahi oleh PSSI malah urusan status quo yang dipertahankan. Saya juga jadi bertanya, "Kenapa Nurdin cs begitu ngotot mempertahankan status quonya, padahal kepengurusan yang dipegang bertahun-tahun itu dilalui tanpa ada prestasi yang membanggakan". Kenapa, untuk apa, ada apa, kok bisa begitu, seharusnya mereka malu kan, pertanyaan-pertanyaan itu yang menari-nari di kepala saya saat ini. Sumber gambar: http://images.detik.com dan http://okezone.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H