Akhir-akhir ini banyak penguasa bebal yang diminta dan dipaksa turun oleh rakyat atau massanya. Salah duanya Ben Ali dan Mubarak yang berhasil diturunkan rakyatnya. Rakyat sudah bosan dengan tipe penguasa yang bebal ini. Selain tak bisa dibilangin dan dikasitahu, penguasa bebal yang terlalu lama berkuasa pun jadi lebih banyak korupsinya, dan makin tak becus ngurusin rakyat dan hal-hal yang menjadi tugas dan wewenangnya. Penguasa semacam ini lebih banyak mementingkan diri dan keluarganya sendiri, suka menumpuk harta dan uang, dan tak peduli dengan sekelilingnya. Ironisnya, penguasa bebal dan gila kekuasaan pun makin tak punya rasa malu, meski diteriaki turun, turun, turun, ... tapi tetap saja dia tak mau turun dan pengen berkuasa terus hingga akhir hayatnya. Bila perlu, sampai mati dan masuk ke liang kubur pun akan tetap dia pertahankan. Tak heran kalau penguasa brengsek yang bebal itu umumnya keras kepala dan tak mau dikasitahu. Dia merasa lebih pintar dibanding orang lain. Kalau sudah begitu, dia akan sewenang-wenang terhadap rakyat dan negaranya. Penguasa yang bebal juga lebih banyak menelurkan para koruptor karena dia sendiri juga seorang koruptor. Sebenarnya, apakah arti bebal itu? Menurut pengertian harfiahnya, bebal artinya bodoh, dungu, gila, dan lain sebagainya. Orang bebal adalah mereka yang diberitahu berulang kali tetapi tidak menurut karena tidak mengerti atau tidak mau mengerti. Jadi, penguasa bebal bisa diartikan juga sebagai penguasa yang bila diberitahu berulang kali tetapi tidak menurut karena tidak mengerti atau tidak mau mengerti. Banyak contoh penguasa yang bebal di belahan dunia ini. Kisah mutakhir tentang penguasa yang bebal ini bisa dicerminkan oleh Moammar Khadafy. Khadafy oleh rakyatnya sendiri diteriakin turun. Namun Khadafy tak bergeming sedikit pun. Malah dia mengancam para demonstran dan pemberontak agar tak menuntutnya turun tahta. Kalau masih terus berlanjut, dia tak akan segan menembaki mereka. Khadafy pun berteriak akan mempertahan kekuasannya sampai titik darah penghabisan. Maklum saja, tahta tersebut dia peroleh tahun 1969 dengan susah payah dan dengan pertumpahan darah. Untuk naik ke tahta tersebut, Khadafy harus melakukan kudeta terhadap Raja Idris agar bisa sampai ke pucuk pimpinan. 41 tahun kemudian, Khadafy pun diteriakin turun - turun - turun, oleh rakyatnya sendiri. Agaknya Khadafy sudah terkena karma atas perbuataanya sendiri. Tak hanya Khadafy yang terkena sindrom kekuasaan, di negeri ini pun banyak orang-orang semacam itu. Contoh mutakhirnya, siapa lagi kalau bukan Nurdin Halid. Walau sudah diteriakin turun-turun, Nurdin tetap bertahan dan bebal sebagai Ketua PSSI, malah dia mencalonkan diri kembali menjadi ketua PSSI untuk periode ketiga, meski akhirnya dianulir. Bahkan 83 mosi tidak percaya anggota PSSI terhadap Nurdin sudah dilayangkan kepada kepengurusan PSSI. Banyak tudingan yang dilontarkan para pendemo terhadap Nurdin Halid. Mulai dari prestasi PSSI yang remuk saat dipegang Nurdin hingga tudingan Liga Super Indonesia yang sarat kecurangan. Entah benar atau tidak tudingan ini, cuma waktu yang akan membuktikannya, piis. Sumber gambar: http://www.kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H