Lihat ke Halaman Asli

Abdi Husairi Nasution

TERVERIFIKASI

Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Horny Kekuasaan

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12985660111356471228

Horny itu kalau diartikan bisa berarti nafsu yg ngebet, terangsang, atau bisa juga berarti nafsu birahi yang datang mendadak karena suatu sebab. Orang yang lagi horny butuh penyaluran, penyaluran itu bisa dilakukan dengan banyak cara. Tergantung orangnya mau pilih cara yang mana. Yang penting tak terlihat orang lain. Berbeda dengan binatang, kalau lagi horny, dia tak peduli mau dilakukan di mana, mau di tengah jalan, di semak, di tempat sampah, di pasar, di tempat rame atau sepi, yang penting tersalurkan. Binatang tak punya rasa malu tapi juga tak malu-maluin. Kalau manusia lain lagi, dia punya rasa malu tapi (terkadang) suka malu-maluin. Horny juga bisa dianalogikan untuk menyebut tentang sifat manusia yang ngebet pada sesuatu, yang selalu terangsang pada sesuatu hal yang bisa buat dia puas. Kalau orang sedang horny coklat, maka dengan cara apapun dia akan berusaha untuk mendapatkan coklat tersebut. Demikian pula dengan kekuasaan, kalau orang itu horny kekuasaan maka dengan cara apapun dia akan mencari kekuasaan itu dan berusaha mempertahankannya. Dia bahkan tak peduli dengan orang lain. Dia juga tak peduli apakah orang lain suka dengan kekuasaannya atau tidak. Rasa malu pun sering terbantahkan apabila seseorang itu sudah horny kekuasaan. Lebih ekstrim lagi kalau seorang penguasa itu horny kekuasaan. Walau didemo, ditolak mentah-mentah, dicaci maki, dihujat dengan kata-kata kasar, hingga dihina sedemikian rupa, dia tak akan pernah peduli. Yang penting kekuasaannya tetap langgeng dan kekuasaannya itu tetap berada di tangannya. Apabila sudah tersalurkan, rasa puas yang didapat pun tak terkatakan. Rasanya seperti mendapat orgasme berulang-ulang. Akhir-akhir ini banyak penguasa yang horny kekuasaan. Penguasa yang horny ini akan berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan cara apapun. Dia tak rela hasrat kekuasaannya terputus. Kalau terputus maka dia akan mengalami ejakulasi dini kekuasaan. Demi kekuasaan, rasa malu pun ditepis. Setali tiga uanglah dengan seekor binatang tadi. Binatang yang lagi horny, tentu dia tak peduli harus disalurkan di mana, yang penting hasratnya lepas. Begitu pula dengan seorang penguasa yang horny kekuasaan, dia pun tak peduli harus melakukan apa. Moammar Khadafy merupakan salah seorang penguasa yang horny kekuasaan itu. Entah karena dia doyan makan daging onta atau daging bison hingga sangat-sangat agresif terhadap kekuasaan. Demi kekuasaan, Khadafy harus membantai rakyatnya sendiri. Dia mengerahkan kekuatan militer, mesin-mesin perang, baik darat maupun udara. Dia juga terus memburu para penentang yang mengusik kekuasaannya. Khadafy pun sesumbar,  daripada turun, lebih baik membunuh, berperang sampai tetes darah terakhir. Menurut laporan, korban tewas dibantai Khadafy sudah lebih dari 300 orang. Bahkan kabar terakhir yang diperoleh sudah mencapai 1000 orang. Tentu jumlah ini dibantah oleh pihak Khadafy. Saya pun tak habis pikir, apakah Khadafy mengidap sado-masokhist hingga tega berbuat demikian, entahlah. Penguasa Libya ini pun orgasme berulang-ulang melihat simbahan darah dari para demonstran. Demi orgasme kekuasaan tersebut, Khadafy pun membuang rasa malunya walau dia sudah tak disukai oleh rakyatnya. Di Indonesia pun ada penguasa yang lagi horny kekuasaan. Nurdin Halid salah satunya. Meski didemo oleh banyak orang, Nurdin tetap berkeras mencalonkan dirinya kembali menjadi ketua umum PSSI. Dan itu untuk periode kekuasaan yang ketiga. Entah dia ingin mengikuti jejak  Hosni Mubarak dan Moammar Khadafy, entahlah. Sindiran, umpatan, hujatan, hingga cacian yang terlontar dari para pendemo pun tetap tak menggoyahkan niat Nurdin untuk menguasai PSSI. Saya pun ingin belajar dari Pak Nurdin bagaimana cara membuang rasa malu biar tetap tegar menghadapi cemoohan orang banyak. Saya pun tetap tak habis pikir, menjadi penguasa PSSI saja sudah demikian ngototnya, bagaimana jika menjadi penguasa di republik ini. Hanya Tuhanlah yang tahu. Semoga negeri ini terhindar dari penguasa-penguasa yang tak punya rasa malu. Sumber gambar: http://blog.its.ac.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline