[caption id="attachment_91262" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi (iptta-kaskus)"][/caption] Seorang rekan kerja saya pernah bercerita kalau dia pernah mengalami pelecehan sexual di atas kereta listrik (KRL) Jakarta-Bogor. Waktu itu, sepulang dari kerja, seperti biasa dia menggunakan jasa KRL ekonomi tersebut. Teman saya itu naik dari Bogor menuju Stasiun UP (Universitas Pancasila) di daerah Depok. Entah kenapa, sore itu KRL lumayan penuh meski tak sepadat di pagi hari. Tanpa ada prasangka dan berpikiran buruk, dia pun mengambil salah satu tempat duduk yang masih kosong. Tak berapa lama datanglah seorang pria separuh baya, karena tak mendapat tempat duduk, pria itu pun berdiri di hadapan rekan saya itu. Awalnya dia tak mencurigai pria tersebut, namun tatkala kereta sudah berjalan, pria itu pun mulai gelisah. Rekan saya itu tak menaruh curiga sedikit pun, dia tetap melanjutkan bacaannya. Tanpa disadari, tiba-tiba pria itu mengeluarkan kemaluannya dan menempelkannya di lengan rekan saya tersebut sambil ditutupi dengan koran yang dia bawa. Rekan saya itu kaget dan langsung menepisnya dengan perasaan jijik. Si pria langsung berlalu dan pindah tempat diiringi tatapan tajam rekan saya itu. Dia tak berani teriak karena khawatir sang pria dikeroyok oleh penumpang lainnya. Ternyata dia tak sekali mengalami kejadian seperti itu, sebelumnya dia pernah dipertontonkan kemaluan dari seorang pria yang eksibis. Para perempuan memang sangat rentan dan tak luput dari kejahatan sexual di atas KRL. Pelecehan sexual tersebut makin kerap terjadi kalau KRL khususnya KRL Ekonomi dalam keadaan sangat padat. Biasanya sering terjadi di KRL Jurusan Bogor-Jakarta. Kejadian yang dialami oleh rekan saya itu mungkin masih dianggap tak seberapa, malah ada yang lebih parah dari itu. Para penjahat sexual itu adakalanya sudah mengintai korbannya sebelum naik kereta. Saat kereta datang, dia pun naik di gerbong yang sama. Setelah itu, dia pun sebisa mungkin berdiri di belakang si perempuan yang menjadi incarannya. Saat kereta sudah penuh dan padat, si pria pun mulai menjalankan aksinya. Dia mendempetkan dan menggesek-gesekkan selangkangannya di bokong si perempuan, bahkan tak jarang ada yang langsung mengeluarkan kemaluannya. Si perempuan terkadang tak merasakan aksi tersebut karena padatnya kereta. Kepadatan tersebut pun membuat penumpang lainnya sulit melihat perbuatan si pria tadi. Tak jarang pula si pria memuncratkan (maaf) spermanya di celana/rok si korban sampai basah. That's so disgusting. Selain itu, aksi-aksi kejahatan sexual di atas kereta pun banyak macamnya. Ada yang meraba-raba organ vital si perempuan, mulai dada, bokong, sampai kemaluannya. Salah seorang korban pernah mengatakan bahwa si pelaku sampai memasukkan tangannya ke dalam kantong celana jeansnya disaat kereta penuh sesak, dan dia tak bisa berkutik karena padatnya kereta tersebut hingga sulit bergerak Kejahatan sexual yang dilakukan oleh seorang pria dengan cara menggosokkan penis pada bokong atau badan wanita yang berpakaian, di tempat yang penuh sesak manusia untuk mencapai orgasme disebut froterisme atau friksionisme. Tujuannya untuk memperoleh kepuasan sexual. Tragisnya, perempuan sangat rentan menjadi korban perbuatan para penjahat sexual tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H