Lihat ke Halaman Asli

Abdi Vinn

Sehat dan belajar waras

Catatan yang Tak Usai

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kuputar volume speaker di belakang layar, mancari rendah suara yang pas ditelinga, kudapati iya di titik mendekati nol, sayup terdengar namun memanjang lembut menenangkan saraf-sarafku yang hampir kusut, lagu klasik jhon lenon ini benar-benar tepat mengawali catatan ini.

Diluar sana hujan belum reda percikannya menari-nari seperti berlomba membasahi teras depan rumah, beberapa bahkan sampai ke dinding dan mengubah suhu kamarku menjadi lebih dingin. Secangkir kopi dan secangkir lagi sudah terparkir, disampingku sedia menjagaku dari rasa kantuk yang mungkin mendekat.

Sudah tertata sedemikian rupa saatnya melanjutkan novel kemarin

“Kuingin memulai catatan..” ……obsesi yang memuncak membuatku tak sabar..

menjadi penulis besar memang salah satu impian saya..

Lalu…..

Tertahan sekian menit…kembali lagi.....


Aghrrhhh…………. @$#%$^

Kembali mandeg

Memulai sebuah tulisan saat inspirasi lagi mandek, hampir sama dengan orang yang beronani tanpa pernah sampai pada titik klimaksnya, saat spirit itu tak bertemu dengan objek untuk mengurai lapis-lapis energinya menjadi untaian kata dan…. sependek detik waktu saja segalanya kemudian berasa tak berguna,menjadi hambar seperti rasa roti tawar yang dimakan wanita ngidam, padahal lidahnya merindukan asam, manis,

Dahaga yang tak tertawar itu seperti catatan yang tak usai…mereka akrab denganku saat berhadapan dengan layar putih kosong menunggu tarian jemariku….

Telalu jauh mungkin aku berharap seperti penulis lain yang di kenal orang,

Ah… untuk disebut penulis saja saya BELUM PANTAS, belum punya karya yang dapat melgitimasi profesi itu

Lalu……..

kuterrhenti di separuh menit..

Entah atas perintah siapa.. batin yang lain dalam diriku menimpali..

Biar saya jadi penulis untuk diri sendiri saja, tulisan kadang memang tak membutuhkan apresiasi dari yang lain cukup ketika ia mampu menampung sesak suka duka yang batin ini seolah tak lagi menampungnya, tulisan selalu menjadi tempat yang setia menjadi wadahnya, seperti tanah menerima setiap pijakan, menadah hujan, menelan sampah tanpa pernah berkeluh tetap menumbuhkan tanaman.

"hmmmm..."

Biar aku mendefinisikan kembali arti penulis

"Penulis adalah orang yang menulis"

Ketika aku mulai menulis pada saat itulah aku menjadi penulis,

yah....dengan begitu kesuksesan menjadi penulis selalu kutemukan di tiap hari ku.. ketika aku bisa mengangkat sesak di batin dan menumpahkannya di bentangan aksara... kemudian menggantinya dengan rasa puas.... bukan sebuah kondisi yang buruk untuk dinamakan sukses.. yah sukses itu kan titik dimana kita merasakan PUAS pada apa yang telah kita lakukan,

definisi ini cukup meredam kegalauan ku… aku bisa merasakan sukses itu benar-benar hadir… Sukses itu benar-benar hanyalah sebuah paradigma.. dengan paradigma sukses yang baru ku ini tak habis semangatku bercerita dalam tulisan.

Kembali ini cerita menjadi catatan yang tak usai, namun dengan rasa yang berbeda….




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline