Lihat ke Halaman Asli

Abdi Khalik

--Pengamat--

Kiat Bijak Bermedia Sosial Jika Aku Jadi Menag

Diperbarui: 30 Juli 2018   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : blog.mozilla.org

Tak bisa dipungkiri, di zaman sekarang ini teknologi menjadi hal penting yang menjadi kebutuhan manusia. Hal ini disebabkan karena teknologi dapat memudahkan berbagai aktivitas manusia, beberapa diantaranya berkaitan dengan media komunikasi dan pencarian informasi. 

Namun, semakin mudahnya hal itu termasuk penggunaan oleh berbagai kalangan menjadikannya mempunyai dampak negatif, seperti maraknya penyebaran ujaran kebencian dan berita hoaks yang tujuan utamanya hanya untuk melonggarkan kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Tak mau kan jika Indonesia terus-terus dicap sebagai negara yang tidak menjunjung tinggi toleransi beragama? Lebih parahnya lagi pertumbuhan negara kita ini bisa terhambat karena warga negaranya sibuk saling menjatuhkan satu sama lain bukannya malah bersatu membangun bangsa. 

Nah, Kementerian Agama RI kita ini lagi giat-giat berkampanye tentang bijak dalam bermedia sosial untuk mengatasi permasalahan di atas, karena media sosial merupakan bagian teknologi informasi penting yang disalahgunakan.

Jadi, sempat terlintas dipikiran penulis, jika Aku Jadi Menag mungkin saja penulis bisa membantu mengatasi dan meredakan ketegangan akibat perilaku bermedia sosial yang menyimpang itu dengan melakukan langkah-langkah kecil. Berikut ini hal-hal yang mungkin bisa dilakukan:

1. Kampanye "bijak berteknologi" di sekolah-sekolah dan di masyarakat

Tentu saja kampanye ini tetap harus dilakukan termasuk dalam hal ini "cerdas bersosial media", kementerian agama dapat memasukkan materi itu ke dalam mata pelajaran "agama" di sekolah-sekolah. Ajaran setiap agama pasti mengarah pada kebaikan, contohnya yaitu toleransi beragama. Jadi, toleransi beragama dapat disalurkan dalam setiap aktivitas berkomunikasi lewat media sosial (maya) atau secara langsung. 

Satu hal yang penting adalah toleransi itu "tidak mengganggu / mencampuri aktivitas keagamaan agama lain" termasuk juga tidak menyebarkan kekurangan/kesalahan agama lain di sosial media.  Guru agama wajib menanamkan kepada siswanya agar tidak ringan tangan dalam menjelek-jelekkan agama lain dalam media sosial dan harus cerdas menanggapi hal-hal negatif serta tidak mudah terbawa emosi karena hal itu menyebabkan masalah yang lebih parah lagi seperti merugikan diri sendiri. 

Sosial media diajarkan kepada anak didik sebagai wadah menyebarkan kebaikan yang diajarkan oleh agama masing-masing tanpa menyinggung pihak lain dan sebagai wadah menjalin hubungan baik dengan orang lain. 

Penting juga untuk diketahui oleh anak didik, kaum pelajar, dan masyarakat awam tentang peraturan dan hukuman berlaku di Indonesia yang didapatkan jika masih terus menyebarkan ujaran kebencian dan hoaks. Isu ini menjadi penting karena menyangkut persatuan bangsa, oleh karena itu para pemegang kekuasaan perlu mengenalkan tentang aturan yang mengatur tentang hal itu.

2. Bangun kerja sama antar umat beragama dalam melawan ujaran kebencian dan hoaks

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline