Lihat ke Halaman Asli

Abdy Busthan

Aktivis Pendidikan

Terobosan Meningkatkan PAD dan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Nabire

Diperbarui: 30 November 2020   07:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

suaranabire.id

Aroma hiruk dan pikuk pesta demokrasi pada level Pilkada di Kabupaten Nabire semakin menyandera siapa saja yang terlibat di dalamnya untuk masuk ke dalam lautan diskursus yang tiada bertepi. Ibarat satu epik yang teramat panjang, lebih panjang dari sebuah epik Homer, atau The Iliad and the Odyssey. 

Ya, ketiga Paslon muncul dengan berbagai program dan retorika politis yang sangat menggiurkan, demi mendulang simpatisan. Bahkan tidak hanya Paslon, para Tim pemenangan atau Timses pun berlomba-lomba mempengaruhi masyarakat untuk memilih Paslonnya masing-masing. Tentu tujuannya hanya satu: "menang". Tidak peduli dengan cara arogan dan mempropaganda, serta menjatuhkan lawan, atau apalah itu, asalkan tujuan ini dapat tercapai.

Seperti itulah warna politik di medan merdeka ini, khusus di kabupaten Nabire tercinta. Kita tentu sudah terbiasa dengan sensasi-sensasi konyol dan lelucon-lelucon nakal yang kerap muncul menyongsong pesta demokrasi. Saya pikir, tidak perlu dipersoalkan. Inilah realitas. Suka tidak suka, mau atau tidak mau, siapapun dia, memang harus terperangkap di dalamnya. Dan kita biarkan saja ini terjadi dan mengalir apa adanya. Singkatnya, saya tidak ingin mempersoalkannya di sini.

Saya kira kita tinggalkan saja soal di atas. Mari kita masuk pada hal yang sedikit substantif. Apa itu? Saya ingin kembali pada judul diatas: "Suatu Terobosan Dalam Meningkatkan PAD dan Ekonomi Masyarakat Nabire".

Mari kita mulai dengan konsep "potensi" di daerah ini. Salah satu potensi di kab. Nabire yang dapat diandalkan untuk meningkatkan PAD Kab. Nabire, dan bisa mempercepat peredaran uang di masyarakat adalah dengan mengoptimalkan potensi pariwisata terutama Ekowisata (wisata berbasis alam) dan budaya.

Mengapa? Destinasi wisata khusus yang sangat terkenal di Indonesia, bahkan di level dunia, adalah wisata Hiu Paus di kawasan Teluk Cendrawasih. Selain itu, tentu masih banyak potensi wisata alam lainnya di sekitar wilayah Nabire, misalnya di wilayah Meepago (Wagete, Paniai dan Dogiyai) yang saat ini sudah dapat dilalui melalui akses darat yang sesungguhnya dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan PAD Kabupaten Nabire.

Hal yang paling penting saat ini adalah membangun dan memperbaiki aksesibilitas atau infrastruktur ke kampung-kampung serta daerah-daerah yang akan menjadi destinasi wisata. Selain itu, infrastruktur Bandara Nabire yang baru di Kaladiri Wanggar harus segera diselesaikan sehingga dapat didarati pesawat berbadan lebar yang melayani penerbangan dari berbagi kota besar di Indonesia.

Nah, sampai sini kita perlu pahami bahwa masalah infrastruktur atau aksesibilitas di Kabupaten Nabire masih menjadi salah satu kendala utama, sehingga menyebabkan jumlah wistawan (terutama wisatawan asing) cenderung menurun dalam memanfaatkan Kota Nabire sebagai Pintu Masuk untuk berkunjung ke kawasan wisata Hiu Paus di Kwatisore.

Saya coba mengambil dasar pijakan data dari Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih (BBTNC) tahun 2015 -2019, di mana jumlah wisatawan asing yang datang ke kawasan Hiu Paus di Teluk Cendrawasih Nabire adalah sebanyak 12.568 na orang. Belum lagi jika ditambah dengan wisatawan domestik atau lokal dari berbagai daerah di Indonesia.

Saya pikir mungkin sebagian besar para wisatawan tersebut lebih memilih Kota Manokwari sebagai Pintu Masuknya. Dan hal ini disebabkan karena akses langsung dari kota-kota besar di Indonesia dan infrastruktur bandara di Manokwari yang sangat mendukung untuk didarati oleh pesawat berbadan lebar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline