Lihat ke Halaman Asli

Monorel, Solusi Pemprov atasi Kemacetan Palembang

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel sudah mengambil ancang-ancang untuk mengantisipasi kemacetan lebih para diKotaPalembang. Salah satu cara yang dilakukan dengan pembangunan monorel.

Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (Dishubkominfo) Provinsi Sumsel Sarimuda MT mengatakan, rencana yang dipelopori Gubernur Sumsel H Alex Noerdin saat menjabat Kepala Bappeda Kota Palembang tahun 1997 itu, sebentar lagi akan terwujud.
Dia menjelaskan, pembangunan fisik monorel baru dimulai pada akhir 2013 mendatang dalam tempo waktu 4 tahun atau pada 2016 sudah mulai beroperasi. Saat ini proses pembangunannya sudah memasuki tahap DED dan Amdal setelah feasibility studi (FS) selesai dan penandatanganan Memorendum of Undertanding (MoU) yang diteken Gubernur Sumsel melalui Kepala Bappeda Sumsel Yohannes H Toruan dan Presiden Direktur PT True North Brigde (TNB) Capital Omar S Anwar selaku pihak investor beberapa waktu yang lalu.
”Rencana Pak Alex waktu itu, sejalan dengan misi visi saya untuk mendesain transportasi di Kota Palembang lebih modern dan mampu mengatasi kemacetan,” ujarnya.
Menurut dia, pembangunan angkutan massal yang sudah ada di sejumlah negara itu, bisa dikatakan rencana yang sangat berani. Apalagi, hingga saat ini, belum satupun daerah yang melakukan hal yang sama, walaupun ada masih bersifat wacana.
”Jika ini terwujud,Palembang akan menjadi satu-satunya daerah diIndonesiayang memiliki monorel,” ujarnya.
Menurut dia, monorel sangat ampuh dan solusi tepat mencegah kemacetan yang terjadi. Apalagi,KotaPalembang pada beberapa tahun ke depan diprediksi akan semakin berkembang dan memerlukan moda transportasi massal yang mumpuni.
”Bisa dipastikan kemacetan diPalembang pada beberapa tahun ke depan bisa makin parah. Jadi, sebelum lebih parah, kita sudah menyiapkan moda transportasinya. Ini sejarah baru bagi Sumsel,” ujarnya.
Dia menjelaskan, secara teknis monorel ini memiliki panjang jarak tempuh dari Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II menuju Jakabaring Sport City (JSC) sepanjang 25 Km dengan dua rute perjalanan. Yakni dari Bandara SMB II menuju Masjid Agung sepanjang 15 Km dan dari Masjid Agung melintasi Jembatan Ampera menuju JSC sepanjang 10 Km.
Masing-masing rute disediakan 2 set kereta. Setiap satu set berkapasitas 6 gerbong yang mampu menampung 780 penumpang setiap beroperasi. Kereta ini berkecapatan penuh 45 Km/jam.
Dua rute tersebut akan melintasi empat koridor. Antara lain, koridor 1 Masjid Agung–Jakabaring–Lingkar Selatan, koridor 2 Prameswara–UNSRI Bukit–Kapten Rivai–Veteran–Perintis Kemerdekaan–RE Martadinata–Mayor Zen.
Kemudian di koridor 3 melintasi Demang Lebar Daun–Basuki Rahmat–R Sukamto–Abdul Rozak–Patal Pusri, dan koridor 4 meliputi Masjid Agung (Ampera)–Jalan Jenderal Sudirman–Bandara SMB II.
Dia menambahkan, pembangunan monorel ini menggunakan sistem Kemitraan Pemerintah dan Swasta (KPS) dengan kerjasama Build Operate Transfer (BOT) dengan menghabiskan dana sekitar Rp5 Triliun dengan hitungan satu kilmeter pekerjaan senilai 20 juta USD Amerika.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline