#Puisi Duet
Le Putra Marsyah ft Ainul Hidayah
*LPM
Mengamit rasa yang telah terlanjur jatuh cinta pada riak-riak keindahan wajah anggun nan lucu serta menggemaskan. Aku padamu sayang.
Sebuah destinasi tersendiri ketika mulai mencoba mendekatimu. Sebagai seseorang yang kemudian begitu berharap lebih pada sebuah rasa yang hangat serta hikmat. Langit biru berawan serta lembut tutur kata remaja dua puluh tahun. Seuatu yang aku dambakan dari seorang putri serta ayu cantiknya mempesona.
Harum semerbak bunga-bunga di taman. Cinta itu kadang logis kadang juga rumit. Ia seperti perpaduan indah dari warna-warna. Sebuah keistimewaan saat menjadi bagian dari persuasifitas kecintaan itu sendiri.
Menikmati senja dan kopi malam di warkop bersamamu. Oh tidak, di via maya maksudku. Seperti sedang membangun sebuah rumah masa depan pada bidang-bidang harapan serta semangat juang bagi para aktivis.
*AH
Tuan, saat kita berbicara lestari dan menemukan lembah adelwais. Adalah seperti bermain layang-layang di tanah sawah kering habis panen. Kita ada keseteraan, kita seperti butir-butir kelereng pada lingkaran. Siapa yang bisa untuk kemudian tetap berada di tengah, dialah pemenangnya.
Kesempatan kita hanya sedetik saja. Sepersekian detik dalam hidup adalah kesempatan untuk mengatakan "aku menyayangimu" lalu mari bermesraan.
Semoga juga.
Ketika pada hari-hari yang rindu itu. Pada detik detak waktu serta hadiah jam tangan yang sempat engkau gamitkan di tangan kananku.
*LPM
Lupa, aku ingin lupa tentang bagaimana perselisihan itu. Ingat, aku hanya ingin ingat senyum bahagia saat engkau bercanda. Lalu biarkan kehidupan menjadi candu. Menjadi bagian acara perkabungan cinta kita.
Masa lalu adalah kenangan dan masa depan seperti mimpi. Engkau sendiri bagai Casandra dalam film-film romantisme fanatik yang kemudian lahir dan di temukan oleh tangan-tangan lihai para seniman perfilaman.