Melestarikan budaya peninggalan leluhur adalah salah satu wujud cinta kita kepada Indonesia. Selain itu juga bisa untuk memegang teguh budaya agar tidak diaku oleh negara lain. Seperti pengalaman yang sudah-sudah, ada beberapa budaya asli Indonesia diaku oleh negera tetangga. Seperti halnya, Batik dan juga Reog.
Kota Kediri Provinsi Jawa Timur, adalah salah satu kota yang masih kental dengan kebudayaannya. Tidak hanya terkenal dengan kuliner dan wisata. Ternyata Kediri terkenal dengan Tari Kreasi Seni Jaranan (kuda kepang/ kuda lumping). Bahkan beberapa kesempatan terakhir Kota Kediri menyelenggarakan pentas tari 1000 Kepang. Dan Kabupaten Kediri dengan tari 1000 Barong.
Hal itu bisa terjadi ketika semakin banyaknya Paguyuban Jaranan yang ada di Kediri. Sampai saat ini hampir seluruh Kecamatan yang ada mempunyai 3-4 paguyuban Jaranan. Dengan ciri khas tersendiri sehingga tidak monoton.
Seperti paguyuban Jaranan Wahyu Sadewo Putro, di Dsn Bolodewo Ds Wonorejo Kecamatan Wates. Paguyuban ini didirikan sejak tahun 2014 Oleh Mbah Kasemu. Beliau adalah Seniman jaranan tulen, karena sejak tahun 1975 sudah bergelut dengan Jaranan. (Mbah Kasemu pada gambar di atas yang memakai baju hitam)
Mbah Kasemu memberi nama Wahyu Sadewo Putro dengan tujuan dan harapan, semoga melalui jaranan bisa diberi wahyu/rejeki dari Sang Hyang Widi. Entah itu berupa kelancaran dalam pertunjukan atau yang lain. Sebagai wayang kita hanya bisa berusaha dan berdoa.
Berbeda dengan paguyuban lain. Jaranan satu ini mempunyai cirikhas sendiri. Dari 6 kuda kepang yang ada, mbah Kasemu memberikan nama satu persatu di buntut bagian belakang. Nama tersebut antara lain Lahir, Batin, Sandang, Pangan, Bejo, Utomo (urut dari nomor 1-6).
Dengan tulisan yang menggunakan aksara Jawa, ini memperkuat bahwa Jaranan adalah asli dari Jawa Indonesia. Bukan tanpa alasan mbah Kasemu memberi nama pada kuda kepang tersebut. Kita sebagai seniman khususnya di jaranan. Tak lain juga bekerja mencari rejeki untuk sandang pangan (menafkahi keluarga), lahir batin (menyalurkan hobi dan bakat), bejo utomo (beruntung karena tujuan utama).
Ada yang unik juga dalam pembagian penunggang kuda kepang tersebut. Mbah Kasemu meminta barang siapa yang menunggangi kuda kepang bernama 'Bejo'. Ia harus orang yang bersih hatinya dan kuat jiwa raganya.
Sejatinya Jaranan Wahyu Sadewo Putro salah satu jaranan stren yang ada di Kediri. Jaranan stren disebut karena adanya adegan kesurupan (ndadi) setelah seorang Bopo memanggil arwah leluhur. Karena memang pakem Jaranan seperti itu. Mengingat legenda awal mula tari jaranan seorang tokoh memanggil jin setan menggunakan pecut samandiman untuk membantu peperangan.
Kuda kepang bernama 'Bejo' jarang ada yang mau menunggangi. Karena tahu bahwa kita manusia tidak ada yang bersih. Sehingga pilihan kedualah (kuat jiwa raga) agar genap dan bisa menampilkan pertunjukan.
Kenapa harus orang yang kuat? Karena memang kepang bernama 'Bejo' ini sedikit nakal. Jika adegan pemanggilan leluhur dilakukan oleh seorang Bopo, maka Bejo lah yang terkena pertama kali. Sulit untuk disembuhkan. Kalaupun bisa cepat sembuh, biasanya si Bejo mengajak ke salah satu tempat yang diyakini sebagai 'danyang'.