Lihat ke Halaman Asli

Abdul Azis

Belajar menulis

Ini tentang Le Putra Marsyah

Diperbarui: 4 November 2020   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

INI TENTANG LE PUTRA MARSYAH


Di ujung retinaku
Ada seberkas rinai mendesir pada batas cakrawala
Wajahnya redup mengulum seluruh purnama
Jeritan hati menyenandung di setiap terbitnya matahari
Langit ufuk baratpun membendung mata mendekamlah lautan berkaca kaca
Lintasan kalbu meng-intan teraura rapi di wajah kecilnya


Tangannya pun gemulai menglarai hidup
Sayap mengepak lembut mengusung kurcaci menggelayut manja
Samudra jiwanya mengalun teduh memancarkan resonansi penina bobokan
Dialah si Putra Marsyah,
Putra dari sang pesinden renta


Kini sedang mengais uthis untuk sekedar meronta dengan cahaya kecilnya
Meratap oleh usikan para kunang kunang malam menggoda
Hatinya pedih
Duduk sendiri membatangkara
Menepi di sudut bumi dalam gubuk sunyi cahaya


Maksud hati memeluk rasa
Rasa bara bergenderang perang
Kunang kunang malam jangan lupa daratan
Terbenamlah dalam mengusamkan selendang buruan


Fatamorgana kelopak matamu membelokan arah hakekat
Selendang buruan bersutra kalbu
Redupkan pejam matamu
Di kalbumu ada yang kau bumi hanguskan
Yang kau buru itu anakku
Dan aku kejora alam semesta

Selalu teringat pesan bapak

"Cinta akan datang ketika cinta membutuhkan cinta, kepada orang yang benar mencintai dia untuk yang dicintai, membuahkan cinta kepada Tuhan Sang Pencinta"

Kediri, 04 Oktober 2020

Buah Karya: Abdul Azis Le Putra Marsyah




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline