Lihat ke Halaman Asli

Daffo Dyll

Mahasiswa

Knalpot Purbalingga, Dari Hobi Jadi Industri

Diperbarui: 10 Juni 2023   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Patung Knalpot (Sumber : Instagram kabupatenpurbalingga)

Kabupaten Purbalingga berada di bagian barat daya Provinsi Jawa Tengah, berbatasan dengan Kabupaten Pemalang di sebelah utara, Kabupaten Banyumas di sebelah selatan dan barat, serta Kabupaten Banjarnegara di sebelah timur. Wilayah Kabupaten Purbalingga memiliki topografi yang beragam, yang meliputi: dataran tinggi/bukit dan dataran rendah. 

Sebaran bentang alamnya adalah sebagai berikut: bagian utara merupakan daerah dataran tinggi dengan perbukitan dengan kemiringan lebih dari 40%, yang meliputi wilayah Kecamatan Karangreja, Karangjambu, Bobotsari, Karanganyar, Kertanegara, Rembang, sebagian wilayah Kecamatan Kutasari, Bojongsari dan Mrebet. 

Bagian selatan merupakan daerah yang relatif rendah dengan nilai faktor kemiringan lereng antara 0% hingga 25%, yang meliputi: Kecamatan Padamara, Kemangkon, Bukateja, Kejobong, Pengadegan, Pubalingga. Sebagian wilayah Kutasari, Bojongsari, dan Mrebet. Luas wilayah Kabupaten Purbalingga adalah 77.764,122 ha atau sekitar 2,39% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah (3.254 ribu ha). Secara administratif, Kabupaten Purbalingga terdiri dari 18 Kecamatan dengan luas wilayah 77.764,122 ha.

Purbalingga merupakan kabupaten yang terdapat banyak perusahaan industri, baik industri besar maupun industri menengah. Perkembangan industri di kabupaten Purbalingga sendiri cukup baik, dimana perkembangan industri tersebut memiliki kontribusi yang sangat penting dalam penyerapan tenaga kerja. 

Kabupaten Purbalingga memiliki potensi industri logam (termasuk knalpot). Hal ini dapat dilihat dari jumlah pengrajin, jenis dan variasi produk, akses pasar produk knalpot yang mencakup seluruh wilayah nasional serta peluang pasar untuk industri otomotif dan komponen logam yang masih cukup menjanjikan. Sebagai subsektor yang potensial, industri knalpot diharapkan memiliki permintaan tenaga kerja yang tinggi karena tingkat permintaan tenaga kerja yang tinggi memiliki arti penting bagi pembangunan karena dapat membantu mengurangi pengangguran, upaya pengentasan kemiskinan dan upaya peningkatan ekonomi.

Akhmad Sultoni adalah perintis industri knalpot di Desa Purbalingga Lor dan juga pelopor inovasi knalpot di Kabupaten Purbalingga. Pada tahun 1956, seorang pengusaha angkutan meminta Sultoni untuk membuatkan knalpot truk. Awalnya sempat ragu, karena melihat knalpot yang ada, bahkan mobil Sultoni hanya lewat saja. 

Namun, dengan peralatan yang sangat sederhana dan tekad yang besar, Sultoni akhirnya berhasil membuat knalpot duplikat yang mirip dengan aslinya. Keberhasilan usaha Sultoni mendorong para pekerja dan tetangganya untuk mengikuti usaha Sultoni dalam bidang industri knalpot. Perkembangan industri knalpot di Kabupaten Purbalingga ditandai dengan semakin banyaknya orang yang terjun ke industri ini. Pada tahun 1975 jumlah pengusaha knalpot masih berjumlah 15 orang dan pada tahun 2007 meningkat empat kali lipat menjadi 62 orang. Perkembangan industri knalpot disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. 

Faktor internal meliputi modal, bahan baku, peralatan, tenaga kerja, manajemen, produktivitas dan pemasaran, sedangkan faktor eksternal meliputi bantuan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga dan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Keberadaan industri ini tentunya memberikan dampak positif maupun negatif bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya terbukanya lapangan pekerjaan, serta meningkatnya taraf hidup warga. Selain itu, terdapat dampak negatif yaitu terjadinya persaingan bisnis antar pengusaha knalpot.

Unit usaha industri kecil knalpot di Kabupaten Purbalingga tersebar di enam kecamatan, yaitu Kecamatan Purbalingga, Kalimanah, Kutasari, Padamara, Bojongsari, dan Mrebet. Terdapat 147 unit usaha industri kecil knalpot, dimana jumlah unit terbanyak berada di Kecamatan Purbalingga, yaitu sebanyak 70 unit usaha. Mayoritas kepemilikan industri knalpot di Purbalingga dimiliki sendiri atau perorangan sebanyak 66,67%, sedangkan sisanya sebanyak 33,3% merupakan gabungan atau kelompok orang yang terdiri dari satu orang ketua dan yang lainnya merupakan bawahan dari ketua tersebut. Hal ini mempengaruhi cara pengelolaan dan kelangsungan usaha. 

Mayoritas pemilik industri knalpot di Purbalingga mempekerjakan sekitar 10 hingga 30 orang, dari berbagai latar belakang. Laki-laki, perempuan, lulusan SD, SMP, SMA, hingga sarjana, dari usia belasan hingga puluhan tahun. Karena industri ini membutuhkan ketelitian dan ketekunan dalam pengerjaannya, maka lebih diutamakan untuk mereka yang berusia muda. Untuk dapat mendirikan usaha knalpot, diperlukan modal awal antara 10 hingga 20 juta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline