Perempuan hebat selalu semagat menyambut pagi. Ibuku sudah berumur, usianya sekitar 65 Tahun. Namun, semangatnya seolah tak pernah padam dalam menjalani hidup. Sebelum adzan subuh ibuku sudah bangun bergegas pergi kedapur menyiapkan dagangannya dan mulai membersihkan pekerjaannya di dapur. Dari mencuci piring, baju, hingga memasak untuk mempersiapkan kebutuhanku dan bapak. Setelah selesai, ibu sudah mulai mandi dan mengerjakan kewajibannya untuk sholat subuh. Setelah itu, ibu membangunkan aku untuk juga sholat subuh.
Sejak kecil, kami di didik dan diajari kebiasaan bangun pagi dengan ibu. Katanya, jika kita bangun pagi akan sehat dan dimudahkan rezekinya. Ibuku selain ibu rumah tangga, dia juga seorang pedagang di pasar. Barang dagangannya mulai dari ikan, sayuran dan bahan keperluan dapur lainnya. Hidup kami sederhana, hidup damai di desa terpencil diujung pulau garam madura. Meski begitu, kehidupan kami pas-pasan hidup dalam kesederhanaan punya satu rumah sederhana, beberapa ternak seperti, kambing, ayam dan sapi. Bapak hanya petani mengurus ternak dan menjadi buruh tani di sawah. Ibu membantu mengurangi beban keluarga dengan berjualan di pasar. Itupun tak menentu karna terkadang pasar sepi pembeli dan barang dagangan pun dibawa kembali pulang ke rumah. Sudah resiko kata ibu, jika berjualan sayur pasti ada yang busuk dan bau. Daripada mubadzir ibu kadang membagikan dagangannya ke tetangga dekat rumah. Seperti tahu dan sayuran. Kata ibu, daripada busuk biar dimasak aja hitung-hitung bisa membantu tetangga.
Namun, kebaikan ibuku itu terkadang masih saja diremehin sama orang dan dimaknai lain mungkin karena iri dan dengki sudah merasuki jiwanya. Ibu sangat penyabar tidak seperti aku yang tak Terima melihat ibuku diperlakukan seperti itu sama orang lain. Tapi ibu malah memarahiku dan bilang tak boleh membenci sama orang, dan lebih baik mengalah karena kata ibu mengalah bukan berarti kalah tapi kita lebih sadar dari mereka. Ibu selalu memberikan contoh yang baik bagi anaknya. Meskipun, terkadang kami tahu ibu kadang berusaha untuk menyembunyikan kesulitannya pada kami. Tapi ibuku tetap sabar dan tersenyum.
Suatu ketika, ibu gelisah dan tak sengaja aku mendengar pembicaraan ibu dan bapak. Jika barang kebutuhan di dapur habis, dan dagangan ibu juga sudah habis karena bulan ini ibu rugi karena pasar sepi. Tapi ibu tak punya uang untuk kulakan. Bukan hanya itu, pakan ternak dan arisan yang setiap bulan harus dibayarkan. Akhirnya, ibu menjual cincin satu-satunya untuk menutupi kebutuhan keluarga dan sisa uangnya untuk kulakan. Jerih payah ibu, untuk kami anaknya juga tak pernah diabaikan.
Perempuan yang hebat itu ibuku, setiap pagi ibu menyuapiku, dan mengantarkan aku kesekolah. Ibu tak pernah mengeluh meskipun terkadang keringat dingin terlihat di wajahnya. Ibu teman curhat yang baik dan aku bangga pada ibuku. Banyak hal yang ibu ajarkan padaku, kesetiaan dan rasa sabar. Ibu juga mengajariku kedisiplinan. Ibu penyayang dan mendidikku dengan penuh cinta. Habis dari pasar ibu tak langsung pulang ke rumah, tapi menjemput diriku di sekolah. Karena aku ogah pulang kalau belum dijemput ibuku.
Usia SMP, aku sudah jarang diantar ibu karena sekolahku jauh dari rumahku. Sehingga aku diantar bapakku karena ibu tidak bisa naik sepeda motor. Meskipun, sewaktu-waktu ibu ikut bapak menjemput aku kesekolah. Aku senang sekali jika keluar gerbang sekolah bisa melihat ibuku. Meski sudah SMP, apapun masalahku tetap saja aku mengadu pada ibu. Karena ibuku teman yang baik yang mendengarkan masalahku dan orang yang selalu memberikan semangat. Ibuku pejuang yang tangguh, ibu jarang malas-malasan seperti perempuan lain pada umumnya. Aku gak pernah melihat ibu santai sambil main HP dan nonton TV di rumah kecuali malam hari. Karena ibu selalu meluangkan waktu untuk kami makan bersama. Karena pesannya, jika mau berkah hidupnya jangan makan diluar, upayakan makan bersama keluarga di rumah. Kebahagiaan itu ada di dalam rumah bukan dijalanan, begitu pesannya.
Menginjak dewasa, memasuki usia SMA aku mulai diajari mandiri sama ibuku. Meskipun kadang aku tetap minta disuapin makan sama ibu. Meski, tak setiap hari sih. Karena ibu bilang padaku agar bisa berpikir tentang hidup dan bagaimana hidup mandiri. Dan saat punya masalah, ibu menyuruhku untuk bisa mengatasi sendiri. Karena kata ibu, setiap orang pasti punya masalah meskipun takarannya berbeda-beda, yang namanya hidup ya begitu, kata ibu. Hadapilah dengan tenang dan bijak tak usah emosi. Karena setiap masalah ada jalan keluarnya. Meski sudah berumur, ibuku juga tak ketinggalan jaman ia selalu melihat perkembangan yang dilihat di TV. Termasuk sudah belajar nonton YouTube untuk sekedar melihat resep masakan. Yang aku kagumi, ibu selalu berolahraga dan menjaga pola makannya. Meskipun 10-15 menit ibu jalan kaki sama bapak pagi-pagi sebelum beraktivitas. Rutin minum jamu dan sholat malam. Itulah kebiasaan ibu setiap harinya. Ibuku semngatku dan tiada orang yang sehebat ibu di dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H