Lihat ke Halaman Asli

Merantaulah... Pesan Tersembunyi Dalam Peristiwa Hijrahnya Nabi SAW

Diperbarui: 21 September 2017   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tahun baru Islam 1 Muharram 1439 Hijriyah, jatuh pada Rabu 20 September 2017, seiring dengan masuknya waktu salat magrib. Penghitungan pergantian hari dalam penanggalan hijriyah, menggunakan perhitungan bulan. Ini berbeda dengan penanggalan masehi, yang berpatokan pada perputaran matahari, sehingga pergantian tahun dihitung pada pukul 24.00.

Penetapan penghitungan tahun dalam kalender Islam ini ditandai dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW, bersama pengikutnya, dari Makkah ke Madinah (dulu Yasrib) pada bulan Rabiul Awal, tahun 622 Masehi.

Dalam sejarah, penetapan tahun baru Islam atau tahun baru Hijriah baru ditetapkan oleh Khalifah Umar bin Al-Khattab, beberapa tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Kalender Hijriah belum ada ketika zaman Rasulullah. Kalender Hijriah ini baru ditetapkan pada zaman Khalifah Arrasyidin kedua, di masa pemerintahan Umar bin Al-Khattab, atau 6 tahun setelah Nabi Muhammad wafat, atau 17 tahun setelah peristiwa hijrahnya Nabi SAW.

Riwayat menyebutkan, munculnya tahun baru Hijriah dilatarbelakangi ketika khalifah Umar dapat balasan surat, yang mengkritik bahwa suratnya terdahulu dikirim tanpa tahun.

Atas peristiwa itu, Khalifah Umar bermusyawarah dengan para sahabat. Akhirnya bersepakat menjadikan peristiwa hijrah Muhammad dari Mekah ke Madinah sebagai awal mula perhitungan tahun dalam Islam.

Namun peristiwa hijrah itu terjadi pada tanggal 12 bulan Rabiul Awal, yang saat itu bertepatan dengan tahun 622 masehi, bukan bertepatan tanggal 1 bulan Muharram, sebagai yang dikenal awal tahun dalam penanggalan tahun baru hijriyah.

Dalam catatan sejarah, jauh sebelum Islam datang, bangsa Arab sudah mengenal penghitungan bulan. Hanya saja, belum ada penghitungan tahun. Sehingga Khalifah Umar, bersama para sahabat sepakat mengawali penghitungan tahun dalam kalender Islam, berdasar pada peristiwa hijrahnya Nabi SAW, namun soal penghitungan tanggal dan bulan, tetap mengacu pada penanggalan yang telah dikenal bangsa Arab saat itu.

Hijrahnya Nabi SAW ini dikarenakan penolakan dari masyarakat Makkah saat itu. Bahkan, dalam Wikipedia disebutkan, tercium ada skenario pembunuhan kepada Nabi Muhammad, pada September 622. Maka secara diam-diam Nabi Muhammad bersama Abu Bakar pergi meninggalkan kota Mekkah. Nabi Muhammad dan pengikutnya berhijrah ke Yasrib, 320 kilometer (200 mil) utara Mekkah.

Peristiwa hijraturrasul ini, banyak mengandung hikmah dan pesan bagi umat manusia. Seakan ada pesan yang ingin digambarkan secara gamblang, bahwa jika engkau tidak berhasil di tanah kelahiranmu, maka merantaulah ke kampung orang.

Peristiwa ini dibuktikan dengan dakwah Nabi Muhammad SAW yang sukses di tanah Yasrib atau Madinah. Dari 23 tahun masa dakwah Nabi SAW, selama 13 di Makkah dan 10 tahun di Madinah, menunjukkan bahwa dakwah Nabi SAW sukses di Madinah, di kampung orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline