Lihat ke Halaman Asli

Mantan TKW Indonesia Jadi Penasihat Presiden Obama

Diperbarui: 26 Juli 2016   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ima Matul Maesaroh (kanan) bersama Barack Obama dan Bill Clinton (Foto; Jakartapost)

Ima Matul Maisaroh (36), mantan Asisten Rumah Tangga (ART) asal Indonesia yang satu ini, namanya tengah menjadi perbincangan netizen/publik Indonesia bahkan dunia. Bagaimana tidak? Wanita kelahiran Malang 20 Maret 1980 itu sejak Desember 2015 lalu diangkat menjadi Anggota Dewan Penasihat Gedung Putih alias penasihat Presiden Barack Obama. Namanya kian moncer setelah dirinya dijadwalkan berpidato di depan puluhan ribu delegasi Konvensi Nasional Partai Demokrat di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat AS, 26 Juli 2016 (hari ini).

Bagaimana bisa seorang Ima (panggilan akrabnya) yang merupakan sulung dari tiga bersaudara putri pasangan Turiyo (54) dan Alimah (50) ini bisa menjadi orang Gedung Putih, bahkan menjadi bagian dari Konvensi Nasional Partai Demokrat? Sebagaimana dilansir beritajatim.com, Ima pernah mengenyam bangku Madrasah Aliyah (MA) Khoirudin Gondanglegi, namun pada tahun 1997 keluar sekolah karena disuruh menikah oleh orang tuanya dengan pria yang lebih tua.

Ia kabur, namun kemudian berhasil ditemukan oleh orang tuanya dan dipaksa menikah, namun akhirnya bercerai. Setelah bercerai, karena malu pernikahannya bubar di tengah jalan, ia memutuskan untuk mengadu nasib menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Hongkong, dan dari sin lah kisah perjalanan hidup Ima dimulai. Cita-citanya cukup sederhana, dengan menjadi TKW di Hongkong ia ingin mengumpulkan pundi-pundi dollar untuk memperbaiki keadaan ekonomi di kampung halamannya yang serba pas-pasan, tak terbersit sedikit pun dalam benaknya akan menjadi “srikandi” hebat seperti sekarang ini. Merantau ke luar negeri adalah pilihan hidupnya untuk memperbaiki ekonomi, kerja apapun, Arsisten Rumah Tangga (ART) atau apalah tak penting baginya, terlebih dirinya sadar ia hanya berijazah MTs (setingkat SMP), apalah artinya modal ijazah selevel itu.

Ternyata berangkat ke Hongkong pun tak semudah yang dia pikirkan. Wanita asal Dusun Kanigoro RT. 24/RW. 03, Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Jawa Timur itu terpaksa harus menunggu panggilan kerja ke Hongkong harus rela tinggal di penampungan terlebih dahulu. Di penampungan ternyata ada majikan saudaranya di Los Angeles (LA) yang tengah membutuhkan Asisten Rumah Tangga (ART). Dengan modal visa wisata, Ima pun berangkat ke Amerika bersama saudara sepupunya.

Sesampainya di Amerika akhirnya Ima bekerja pada seorang warga Indonesia yang punya usaha di sana. Sayang, selama 3 tahun menjadi ART, selain harus bekerja lebih dari 12 jam, ia sering mendapatkan perlakuan kasar dari majikan wanita, mulai tampar, ditendang bahkan dipukul menggunakan batu. Ia pun tak pernah menerima gaji seperti apa yang dijanjikan sebesar 150 dolar Amerika per bulannya. Tak hanya itu, ia pun tidak boleh berkomunikasi dengan saudara sepupunya atau pun keluarga lainnya.

Tak tahan dengan berbagai siksaan yang berat, pada tahun 2000 Ima memutuskan kabur dan minta tolong ke seorang ART asli Amerika. Karena tak memegang passport, Ima sempat tinggal di rumah penampungan kaum gelandangan untuk beberapa bulan, kemudian ditolong penduduk Amerika dan akhirnya bisa tinggal di rumah layak dan bekerja di CAST sebagai seorang relawan/aktivis. Sejak tahun 2012, dia diberi kepercayaan menjadi staf CAST, Coalition to Abolish Slavery & Trafficking. Ia menjabat sebagai organisator atau koordinator para korban Perbudakan dan Perdagangan Manusia.

Karirnya sebagai aktivis makin menanjak dan berhasil diundang ke berbagai pertemuan tingkat tinggi di Washington DC. Ia bahkan sudah bertemu dengan para pejabat tinggi seperti Menteri Luar Negeri John Kerry, dan juga Presiden Barrack Obama. Nasib baik terus mengikutinya, hingga akhirnya pada Desember 2015 dia diangkat menjadi anggota Dewan Penasehat Gedung Putih bersama 10 anggota lainnya.

Ia mendapatkan tugas untuk memberikan saran dan masukan yang berguna bagi presiden ke-44 AS itu untuk memberantas perdagangan manusia. Tercatat, 40–45 ribu orang menjadi korban perdagangan manusia di Amerika. Bersama tiga anggota lainnya, Ima Matul dipercaya menangani dua dari lima masalah utama perdagangan manusia di negara adikuasa tersebut. Dia juga sering melakukan presentasi di hadapan publik, salah satunya bisa dilihat di sini: youtube.

Banyumas, 26 Juli 2016

Bacaan; okezone, indonesialantern, dll

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline