Lihat ke Halaman Asli

Listrik Naik Lagi, Jokowi Ingkar Janji?

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14282462231962698869

[caption id="attachment_376900" align="aligncenter" width="576" caption="Tarif listrik naik lagi (foto; soulofjakarta)"][/caption]

|Trending Article| Nasib Presiden Jokowi sepertinya tak seenak jabatan tingginya itu. Bayangkan saja, belum genap enam bulan menjabat sebagai presiden, sudah terlalu banyak kritikan, cibiran, hujatan, bullyan bahkan sudah ada yang memberikan raport merah atas kinerjanya itu. Belum semesteran kok sudah diberi buku raport segala. Ibarat sekolah, gurunya terlalu mengada-ada, belum ulangan semesteran tapi buku raportnya sudah diisi nilai, merah, merah dan merah lagi. Ya harap maklum, yang menmberi nilai merah pasti para

Kasus blunder cakapolri Komjen Budi Gunawan (BG) menjadi pembukan para haters “nyulek-nyulek” Jokowi, para lovers pun sebagian tiarap lantaran bingung tak mampu meberikan pembelaan, bahkan sebagaian siap-siap angkat kopor boyongan entah kemana, sementara para haters makin berani unjuk gigi. Masih untung Jokowi bisa lepas dari lubang jarum, blunder Komjen BG bisa diselesaikan tuntas, meskipun belum tas-tas-tasss, terbukti hingga hari ini Mabes Polri belum punya pimpinan definitif yang diangkat oleh presiden dan disetujui oleh DPR.

Jlag-jlog, naik turunnya harga BBM, menjadikan para haters punya bahan untuk membully Jokowi dan mengusulkan pemakzulan. Selain itu Jokowi pun dituduh ingkar janji. Selama kampanye janji “ini-itu”, begitu dilantik yang adanya katanya hanya “ina-inu”, tidak pas banget, dari “ini-itu” menjadi “ina-inu”, tak sesuai dengan janji-janji kampanye, bohong, ingkar janji dan seabreg tuduhan dialamatkan kepada Jokowi, Jokowi dan Jokowi, JK-nya jarang sekali kena getah, padahal kan paketan. Hehe..

Panas-dinginnya issu BBM belum reda, kini Pemerintahan Jokowi kembali dituduh ingkar janji gegara menaikkan tarif dasar listrik di atas 2.200 volt untuk kalangan industri (sumber; smcetak). Mengapa Jokowi dituduh ingkar janji? Konon kabarnya sebelumnya (10/3), seperti dilansir detic.com, Presiden Jokowi sudah pernah berjanji tarif listrik tidak akan naik, baik untuk rumah tangga maupun industri.

Sebagaimana dilansir kompas, Pemerintah tidak berniat menaikkan tarif listrik untuk sektor industri dalam waktu dekat. Tarif listrik untuk sektor industri justru berpeluang turun. Hal ini sejalan dengan penghematan fiskal setelah pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2015. Presiden Jokowi menyampaikan hal itu setelah mendengar ada kekhawatiran sejumlah pelaku usaha di Indonesia.

"Di sini perlu saya sampaikan bahwa tarif listrik untuk industri tidak naik. Jangan ada lagi yang menulis tarif listrik akan naik. Baru akan saja sudah ditulis, yang memutuskan saja belum mikir soal itu (kenaikan tarif)," kata Presiden Joko Widodo, Senin (9/3), saat berada di Arun, Lhokseumawe, Aceh. Menurut Presiden, informasi seperti itu dapat membahayakan iklim investasi. Sebab, pelaku industri tidak akan mau mengembangkan usahanya karena persoalan listrik. Mereka, kata Presiden, bisa berpikir ulang untuk mengembangkan usahanya jika tarif listrik naik. Menurut Presiden, masih banyak hal positif yang bisa diberitakan kepada kalangan usaha.

Presiden berpendapat ada informasi keliru yang masuk ke kalangan usaha. Informasi itu perlu diluruskan agar investasi di Indonesia tidak terganggu. "Saya tegaskan lagi, tarif listrik untuk industri tidak naik, bahkan ada kemungkinan tarif listrik untuk industri akan turun. Penurunan tersebut memungkinkan karena ada efisiensi pada APBN Perubahan tahun 2015. Karena ada efisiensi, saya perintahkan agar anggaran (hasil efisiensi) itu dipakai untuk menurunkan tarif listrik untuk industri," papar Joko Widodo. kompas

Terkait janji tersebut, sementara pemerintah baru bisa memenuhi (untuk tidak menaikkan) tarif listrik rumah tangga dengan tegangan di bawah 2.200 volt. Direktur Pengadaan dan Energi Primer Amin Subekti sebagaimana dilansir suaramerdeka menyebutkan, kenaikan harga minyak dunia tidak terlalu signifikan, dan dianggap tidak berpengaruh besar pada kenaikan biaya produksi sehingga tarif listrik untuk rumah tangga belum perlu dinaikkan.

Tapi benarkah listrik untuk rumah tangga tidak akan dinaikkan dalam waktu dekat ini? Kalau bulan April ini baru listrik industri di atas 2.200 volt yang naik, bukan berarti tarif di bawah itu akan tidak naik. Tampaknya pernyataan Amin Subekti tidak seluruhnya benar. Informasi terkini menyebutkan bahwa listrik rumah tangga akan mengalami “penyesuaian” tarif per bulan Mei 2015. penyesuaian tarif listrik sesuai pasar untuk golongan rumah tangga berdaya 1.300 dan 2.200 VA mulai 1 Mei 2015.

Rencana tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM No 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Permen ESDM No 31 Tahun 2014 tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara yang dikutip dari situs Kementerian ESDM di Jakarta, Minggu. Sesuai Permen ESDM 9/2015 yang ditandatangani Menteri ESDM Sudirman Said pada 4 Maret 2015, penyesuaian tarif (tariff adjustment) tersebut akan dilaksanakan setiap bulan dengan mengacu pada tiga indikator pasar yang mempengaruhi biaya pokok penyediaan (BPP) listrik. Kepastian kenaikan tersebut bisa dibaca selengkapnya di SINI.

Menghadapi tudingan para haters seperti di atas, semoga Pak Presiden Jokowi tetap bersabar, dan bisa bekerja, bekerja dan bekerja untuk mensejahetrakan rakyat Indonesia. Buat para haters dari berbagai lintas generasi jangan buru-buru tertawa sambil guling-guling, sudah malam, bakul jamu gendognya sudah istirahat. Buat kawan-kawan lovers santai saja, kondisi seperti ini pasti akan terus berlanjut hingga presiden meninggalkan kursinya secara konstitusional.

Bagi para haters, Jokowi pasti ingkar janji, bagi para lovers pasti punya penjelasan sendiri, meskipun sudah dijelaskan panjang lebar, para haters pun tetaplah haters. Tapi ya sudah lah, yang jelas pro-kontra, pujian dan cacian itu barang biasa, sekarang musuhan, suatu saat nanti pun bisa jadi makan bersama di satu meja, asal jangan makan bersama dengan koruptor sapi Australia! Ngekek.. hehehe.. (Banyumas; 05 April 2015#Helet#TA)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline