Lihat ke Halaman Asli

Taufik Ridho, Roro Jonggrang dan Tangkuban Perahu

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14073787551375626359

Ilustrasi Roro Jonggrang (sumber; ajiraksa.blogspot.com)

Roro Jonggrang tidak pernah membuat Gunung Tangkuban Perahu, apalagi dalam waktu semalam. Meminta dibuatkan gunung yang sekarang jadi lokawisata itu pun tidak pernah, bahkan mengenalnya pun sepertinya tidak. Roro Jonggrang tinggal di Jawa Tengah, dan Gungung Tangkuban Perahu berada di Jawa Barat. Pada masa itu alat komunikasi masih sangat tradisional, menandai waktu pagi saja dengan memukul-mukul lesung. Belum ada radio, televisi apalagi fasilitas browsing informasi via google jelas masih jauh panggang dari api.

Roro Jonggrang yang putri Raja Boko itu jelas tidak mengenal semua yang tersebut di atas, dan satu keinginan Roro hanya satu, tidak menikah dengan Bandung Bondowoso sang pembuat 999 arca dalam semalam. Mayoritas orang Indonesia, khususnya dari suku Jawa pasti tahun siapa Roro Jonggrang, siapa Bandung Bondowoso dan apa serta di mana Gunung Tangkuban Perahu itu berada.

Bila melihat latar belakang Taufik Ridho yang kelahiran Palu, 02 Oktober 1964, kita sedikit maklum atas ketidaktahuan beliau mengenai sosok Roro Jonggrang dan Tangkuban Perahu. Namun menjadi aneh sekali ketika seorang Sekjend PKS yang merupakan partai asli Indonesia (bukan partai Arab) itu tidak faham dengan sejumlah legenda Indonesia, khususnya Jawa, terlebih berdasarkan sumber ini, Taufik beralamat di Jl. Raya Rancaekek No 43 Kabupaten Bandung, Jawa Barat, alamatyang tidak terlalu jauh dengan lokasi Gunung Tangkuban Perahu.

Apa karena idiologi PKS yang melarang untuk mempercayai mitos dan legenda yang dinilai bersifat takhayul dan bertentangan dengan keyakinan agama mereka sehingga menjadikan para kadernya tidak mengenal kisah-kisah legenda Indonesia? Mestinya kalau memang demikian, dalam mengungkapkan berbagai hal baik secara internal maupun kepada publik juga jangan membawa-bawa istilah yang bersifat mitologi, legenda dan berbagai macam takhayul apapun yang tidak mereka yakini kebenaranya. Buat saja ungkapan yang nyata dan ada di lingkungan kita, jangan membuat ungkapan-ungkapan asing baginya, yang justru menjadi blunder dan bahan tertawaan orang saja.

Dengan kejadian ini, dan berbagai kejadian lain yang telah beberapa kali terjadi yang asal muasalnya dari para kader PKS, khususnya di tingkat nasional yang secara otomatis menjadi sorotan nasional pula, hendaknya ini menjadi koreksi bagi teman-teman PKS untuk melangkah ke depan dengan lebih hati-hati untuk kebaikan Indonesia. Sebab kebanyak orang di luar PKS sepertinya akan mempertanyakan, bagaimana mau mengurus Indonesia, bagaimana mau memajukan Indonesia kalau sisik-melik tentang Indonesia saja mereka tidak banyak tahu.

Kisah (legenda) Candi Prambanan / Candi Roro Jonggrang, legenda Tangkuban Perahu adalah bagian dari sisik-melik Indonesia. Memang legenda-legenda itu tidak akan menjadi bahan pembahaan dalam sidang di DPR/RI, tidak pula menjadi bahan sidang kabinet. Tapi kenyataan bahwa Candi Prambanan itu ada, Tangkuban Peranhu itu ada dan menjadi bagian dari aset negara, lokawisata sekaligus cagar budaya nasional yang menjadi bagian tanggung jawab dari semua warga negera Indonesia, termasuk Pak Taufik Ridho yang Sekjend PKS itu.

Roro Jonggrang

Sudah banyak buku, tulisan, blog yang menceritakan tentang kisah Roro Jonggrang, tapi tidak ada salahnya jika di sini disampaikan sedikit ringksan kisah tersebut, siapa tahu Pak Taufik sempat membaca artikel ringan ini. Menurut legenda, Roro Jonggrang adalah puteri dari Raja Boko yang berkuasa di daerah Prambanan. Kecantikan dan keanggunan Roro Jonggrang membuat seorang pria dari daerah Pengging yang bernama Bandung Bondowoso ingin memperistrinya. Akan tetapi Roro Jonggrang sendiri tidak tidak pernah mencintainya. Dengan cara halus Roro Jonggrang berusah menolak pinangan tersebut dengan menajgukan permintaan untuk dibuatkan 1000 arca/candi dalam waktu satu malam. Saking cintanya, Bandung Bondowoso akhirnya menyanggupi permintaan sang pujaan hati.

Setelah melakukan tirakatan dan semedi guna mendapatkan bantuan supranatural, pembangunan seribu candi mulai dilaksanakan dan menjelang matahari terbit, pembangunan “maha karya” itu hampir usai. Melihat hal ini, Roro Jonggrang pun cemas, dan berusaha mencegahnya dengan cara memanggil para wanita desa untuk membakar jerami dan memukul lesung (alat penumbuk padi tradisional di Jawa), supaya terkesan bahwa hari telah menjelang fajar/pagi. Para makluk halus pembantu Bandung Bondowoso yang melihat hari telah menjelang fajar mulai meninggalkan pekerjaannya yang telah mencapai 999 arca.

Bandung Bondowoso tidak bodoh, dia tahu bahwa Roro Jonggrang telah melakukan kecurangan. Dengan amarah yang meledak-ledak disertai kekecewaan yang luar bisa, dia mendatangi Roro Jonggrang. Tapi ang pujaan hati tetap bersikukuh minta digenapi menjadi 1000 candi. “Kurang satu, tambahnya kamu sendiri” kata Bandung Bondowoso, dan setelah itu Roro Jonggrang pun langsung berubah menjadi arca, untuk melengkapi sebuah arca yang belum terselesaikan. Arca ini bisa dilihat di bilik sebelah utara candi utama. Kisah Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso selengkapnya di blog ini. Jadi jelas bukan? Roro Jonggrang tidak ada hubungannya dengan Tangkuban Perahu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline