Lihat ke Halaman Asli

Puasa + Promag = Maag Kelar

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_123186" align="aligncenter" width="593" caption="Sumber gambar dari; http://tvconair.com/view_ad.php?id=11024139"][/caption]

Saya tidak tahu kapan tepatnya saya kena penyakit maag, karena selama ini saya belum memerikasakannya ke dokter. Yang jelas gejala penyakit maag saya itu saya rasakan semenjak satu tahun lalu. Gejala maag saya itu, saya rasakan setelah saya dalam perjalanan jauh di hari raya Idul Fitri 1431 H. Gejala yang sangat saya rasakan waktu itu adalah saya serasa mau muntah ketika mau makan dan mendapatkan bau "nyengat" suatu makanan.

Ceritanya, tepatnya hari raya Idul Fitri 1431 H, tahun lalu, saya ada jadwal silaturrahmi ke rumah orang terdekat saya di kota Probolinggo, Jawa Timur. Di pagi hari raya, saya menyempatkan diri untuk silaturrahmi ke rumah kerabat dan tetangga dekat di tempat saya lahir, Madura. Canda tawa di pagi non fitrih itu pun memecahkan suasana hari. Suasana desaku yang biasanya sepi, di hari itu menjadi rame seketika. Indahnya!

Seusai silaturrahmi ke rumah kerabat dan tetangga dekat, saya langsung bersiap-siap untuk meluncur ke kota seberang untuk melaksanakan jadwal ke Probolinggo, yang terkenal dengan kota mangga itu. Perjalanan Madura-Probolinggo membutuhkan waktu kira-kira 8-10 jaman, waktu normal, dengan kendaraan bis kota.

Selayaknya orang yang mau perjalanan jauh, segala persiapan saya persiapkan, mulai dari oleh-oleh sampai pakaian luar-dalam. Semuanya saya masukkan dalam tas dan oleh-olehnya dalam kardus. Habis Dzuhur segala barang bawaan sudah siap semuanya. Setelah itu tinggal nunggu anteran ke terminal mencari bis kota tujuan Surabaya, selanjutnya nanti dari Surabaya ke Probolinggo.

Habis Dzuhur pun saya berangkat dianter ke terminal Pamekasan, dekat rumahku. Nyampek terminal bis tujuan Surabaya sudah mangkal, menunggu penumpang. Saya pun naik dengan perasaan bahagia. Tidak lama menuggu, bis pun berangkat menuju Surabaya. Dalam perjalanan saya menikmatinya dengan suasana santai. Di setiap perjalan, saya yang kebetulan duduk di kursi dekat jendela, sembari memandangi pemandangan alam yang cerah. Perasaan pun ikut cerah, apalagi hari itu hari yang fitrih.

Singkat cerita, pas habis magrib, saya nyampek terminal Purabaya-Surabaya dengan selamat dan keadaan normal. Perjalanan sudah tinggal separuh. Jam 10.00 saya perkirakan nyampek tempat tujuan, Probolinggo. Tanpa istirahat terlebih dahulu, saya langsung menuju pangkalan bis tujan Probolinggo untuk melanjutkan perjalanan. Tidak seperti dari Madura-Surabaya, bis Surabaya-Probolinggo ternyata banyak yang penuh. Penunpang banyak yang berdiri. Saya pun ikut berdiri, karena kalau harus menunggu yang kosong, saya akan lama nunggu, apalagi ketika itu malam hari. Meski demikian, saya tetap menikmatinya dengan perasaan biasa-biasa saja, tak ada perasaan gundah meski harus berdiri.

Beberapa waktu dari perjalanan menuju Probolinggo, saya pun mendapatkan tempat duduk. Seiring berjalannya waktu, saya pun tertidur. Mungkin karena capek selama perjalanan sebelumnya, hingga akhirnya saya nyampek terminal Probolinggo saya bangun. Alhamdulillah.

Nyampek terminal Probolinggo, kira-kira pukul 10.00-an, saya harus menempuh perjalan satu jama-an lagi ke tempat tujuan, namun karena ketika itu malam hari, jalanan sepi, perjalanan pun tidak sampek satu jam. Akhirnya saya nyampek tempat tujuan pukul 10.40-an.

Nyampek rumah orang terdekat saya, saya langsung dipersilahkan untuk istirahat, seakan mereka sudah faham kalau saya memang harus intirahat dulu, sebelum harus berbicara dan bertemu keluarga besar. Ada tempat khusus yang diperuntukkan untuk saya agar nyaman istirahat. Saya pun tidur, hinggu bangun lagi di pagi hari dengan kokokan ayam.

Matahari pun bersinar dengan cerahnaya menandakan bahwa pagi sudah tiba. Saya pun bertemu langsung denga keluarga besar di sana dan ngoblol ria sembari menunggu sarapan pagi. Sambil ditemani secangkir kopi, kami saling bertanya kabar keluarga masing-masing, hingga akhirnya tiba saatnya sarapan pagi. Dan kami pun makan bersama dengan penuh nikmat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline