Dan kulihat jauh dimasa itu.
Saat kau usap air mata ku. Kau ingatkan pada ku selalu, bahwa semua akan baik-baik saja, sebab Tuhan yang mengatur segalanya.
Saat ku singkap tirai nurani, anyaman lembut kasih mu yang ku lihat sebagai pondasi. Dan ku ingat, saat kau ajarkan ku merajut tali sepatu. Kau katakan, jangan pernah takut berjalan ke negeri manapun, sebab bumi ini diwarisi oleh hamba-hamba-Nya yang shaleh. Ia aman untuk dilalui, ia nyaman untuk disinggahi.
Waktu mengiris seperti sembilu. Tapi tidak dengan cinta mu. Ia seperti berasal dari dimensi yang berbeda, begitu digjaya, begitu indah.
Dan ku kenang saat malam sebelum tidur, aku ragu menyebutkan mimpi-mimpi ku. Dan kau katakan, jangan takut bermimpi, sebab mimpi-mimpi mu adalah berita akan fakta masa depanmu. Sebab itu, bermimpilah yang indah.., seindah-indahnya.., hingga kau yakin bahagia hidup di dalamnya.
Itu sedikit penafsiran ku atas semua nasehat dan kata-kata Ibu. Kata-kata itu membekas dan terus berkembang pemaknaannya, seiring bertambahnya pengetahuan ku. Dan nasehat-nasehat itu, masih belum selesai ku gali, meski berlembar-lembar buku sudah kubaca, dan ratusan majelis sudah kumasuki.
Konon, manusia yang tulus mencintai, setiap kata dan nasehatnya akan dibimbing. Mungkin itulah sebabnya, nasehat-nasehat Ibu tak lekang oleh waktu, dan tak usang di uji oleh ilmu. Sebab dihadapan cinta seorang Ibu, ilmu tak ubahnya hamba yang terseok-seok memungut hikmah.
Selamat Hari Ibu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H