Layaknya kereta luncur saat awalan,
menyala pada titik kelahiran
Denyut membara
terjang lintasan kehidupan.
Menanjak, berkelok
terhias tangis dan tawa
semua melepas sukacita.
Itu pasti berakhir,
layaknya kereta luncur di penghujung.
Berhenti pada titik semula
beranjak dari asalnya.
Sama saja.
Terbalut pula tangis dan tawa
Yang berbeda
Tangis adalah mereka terpaksa.
Tawa, oleh siapapun yang rela
dan legawa.
Mesin itu dikendalikan malaikat maut.
Tapi para penumpang, tetap berdaya terhadap pikiran dan tubuhnya
yang meskipun sepanjang itu juga
kereta luncur selalu menggantungnya
Yogyakarta, 2023
Pinjam gambar: 1
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI