Aku pembunuh.
Berdarah kata
beraroma sastra.
Membunuh
dengan puisi yang diasah pandai besi.
dengan puisi, yang kuasuh sendiri.
Terbukti, aku berhasil jalankan misi pembunuhan tersadis;
Menikam dia, yang terkasih, lalu diam-diam menyeret jasad itu
seutuhnya
sebagai bahan baku bagi senjataku yang slalu haus akan dirinya.
Jangan sampai kepergok intel Satpertem,
Satuan Penyair Terkemuka.
Bisa-bisa diinterogasi, "Senjatamu sebetulnya puisi atau prosa?"
Tumpul dan merapal. Miskin misteri, keindahan, serta alam raya.
O, sialnya aku tertangkap.
Dipenjarakan langsung dalam bab khusus pada suatu buku.
Di halaman tersebut, selayaknya tahanan
diberi aku penataran:
Cara Menulis Puisi Ilalang, Rindu, Kopi, Hujan, dan Kawan-Kawan.
Yogyakarta, 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H