Lihat ke Halaman Asli

Abby Crisma

Hamba Allah Biasa | Anak'e Ibu | Citizens

100 Tahun Nahdlatul 'Ulama: Umat, Indonesia, dan Peradaban Islam Dunia

Diperbarui: 1 Maret 2023   15:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 President of Indonesia, Joko Widodo, attended the 73th anniversary celebration of Muslimat NU (Photo by Antara/Wahyu via thejakartapost.com)

Selamat harlah yang ke-100 tahun untuk Nahdlatul 'Ulama, tepat memasuki 16 Rajab 1444 H. Artikel ini adalah persembahan sederhana dari saya sebagai santri, yang jujur sampai saat ini masih belum  nyantri dan NU banget nget. Jadi, maaf saya haturkan kepada pak Yai dan bu Nyai.

Sebelum memulai, mari dengan tulus kita hadiahkan al Fatihah kepada kanjeng Nabi Muhammad SAW. Lahul Fatihah.

Kepada para muassis NU, 'alim 'ulama NU, para kiai dan bu nyai, para gus dan neng, asatidz, semua insan yang senantiasa menghidupkan NU, dan tentu semua muslimin muslimat, baik yang masih hidup maupun yang telah kembali ke rahmatullah. Lahumul Fatihah.

---

Nahdlatul 'Ulama, Pengabdian untuk Keutuhan Umat dan Negara 

Satu abad sudah eksistensi Nahdlatul Ulama di jagad dunia. Semua orang tentu menyadari, bahwa itu adalah waktu yang sangat lama. Dan pastinya, bukan hal mudah untuk tetap konsisten berpegang teguh pada prinsip pengabdian kepada umat dan negara. 

Kenyaataan di lapangan, pengabdian tersebut tidak hanya ditujukan pada umat Islam dan warga Nahdliyin saja. NU mencoba merespon segala bentuk problem masyarakat. NU merangkul seluruh kalangan manusia, mau dia non-muslim, pejabat, karyawan, pengangguran, kaya, atau miskin.   

Hal itu tampak, ketika NU menjadi garda terdepan dalam merajut kebersamaan di tengah kemajemukan dan perbedaan yang ada. Dan hasilnya seperti sekarang yang kita tuai, yakni kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang membaur, damai, serta toleran.

Situasi ini tentu akan sangat kontras, jika kita bercermin dengan kondisi di beberapa negara di Timur Tengah, yang diketahui sedang krisis dan dilanda konflik. Al Fatihah sekali lagi buat saudara kita yang di sana.     

Urgensi keberadaan NU tersebut makin diperkuat lagi dengan pernyataan yang sempat dilontarkan beliau, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul 'Ulama (PBNU) masa khidmat 2010-2022, al mukarrom Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj. 

Pada satu kesempatan, beliau [Pak Yai Aqil] mengatakan, bahwasanya perpecahan bangsa di Indonesia tak akan pernah terjadi selama Nahdlatul 'Ulama masih berdiri. 

Dan sekarang, NU pun masih berdiri. Bahkan sudah satu abad dan akan terus berjalan lagi. Pengikut organisasi ini pun semakin hari kian bertambah. Jadi, kita tidak usah khawatir dengan isu-isu perpecahan yang beredar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline