Lihat ke Halaman Asli

Abbiyu L. F.

Mahasiswa di Universitas Brawijaya

Serba-serbi "Makan": Sudut Pandang Neuropsychology dan Neuroscience

Diperbarui: 11 Desember 2023   12:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi food preference didapat dari earth.com

Pendahuluan

Apakah Anda pernah merasa sulit menolak makanan yang lezat, meskipun sudah kenyang? Atau apakah Anda pernah merasa tidak suka dengan makanan tertentu, meskipun orang lain menganggapnya enak? Jika ya, Anda mungkin tidak sendirian. Selain kita semua memiliki preferensi makanan kita masing masing, ada juga yang hanya ingin makan 1 jenis makanan saja hingga menimbulkan Adiksi. Adiksi yang berlebihan bisa menyebabkan banyak gangguan atau penyakit salah satunya adalah Obesitas. Mari kita bahas satu persatu dalam kesempatan ini tentang Pilihan makanan, Adiksi dan juga Obesitas.  

Perkenalkan nama saya Abbiyu seorang mahasiswa Psikologi di bumi biru, Universitas Brawijaya. Dalam kesempatan ini saya ingin memperkenalkan “Makan” dari sudut pandang Psikologi dan juga dengan bantuan ilmu neuroscience. Makan adalah kebutuhan semua makhluk hidup kata “Makan” biasanya berdampingan dengan kata “Minum”, dua hal ini juga dibahas dalam Psikologi. Dalam bab Makan, Tidur dan Sex pada mata kuliah biopsikologi dijelaskan bahwa hal tadi merupakan tiga fungsi fisiologis penting dalam tubuh manusia yang berperan dalam memenuhi kebutuhan dasar dan menjaga kelangsungan hidup serta keseimbangan biologis.

Beralih ke pertanyaan di atas tadi, kira kira mengapa manusia bisa memiliki perbedaan preferensi makanan? dan mengapa mereka bisa kecanduaan untuk makan hal yang mereka inginkan?, mari kita bahas bersama di tulisan kali ini.

Pemilihan makanan

Bagaimana kita memilih apa yang akan dikonsumsi? Keadaan psikologis pengambil keputusan dan lingkungan dari situasi saat memilih mempengaruhi apa yang akan dimakan. Ketika kita tersesat dalam ekspedisi hiking dan hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki makanan, pengambilan keputusan kita akan berbeda dengan ketika kita berada di food court besar dengan berbagai macam kemungkinan. Selain itu, faktor internal seperti stres, rasa lapar, dan suasana hati yang buruk juga akan mempengaruhi[1]. 

Gambar Ekspedisi Hiking didapat dari koa.com

Beberapa bidang ilmu memiliki keyakinan yang sama bahwa representasi subjektif dari "Value" berfungsi sebagai panduan untuk pengambilan keputusan. Nilai, utilitas, dan efisiensi adalah contoh dari ide ekonomi yang menawarkan dasar yang kuat secara fisiologis untuk mengkarakterisasi berbagai jenis perilaku pengambilan keputusan. Menerima reward dan menghindari punishment dapat dilihat sebagai tujuan terdekat yang, jika dicapai, cenderung meningkatkan kelangsungan hidup dan keberhasilan reproduksi dalam hal pengambilan keputusan berbasis value[2]. 

Gambar reward dan punishment didapat dari genmuslim.id

Menurut sudut pandang neuropsychology, makanan tidak hanya berfungsi sebagai sumber energi dan nutrisi bagi tubuh, tetapi juga sebagai sumber kenikmatan dan kepuasan bagi otak. Otak memiliki sistem reward yang terdiri dari beberapa struktur dan neurotransmiter, seperti dopamin, yang berperan dalam mengatur motivasi, emosi, dan pembelajaran. Ketika kita makan makanan yang kita sukai, sistem reward ini akan aktif dan memberikan rasa senang dan bahagia. Namun, jika kita makan makanan yang kita tidak sukai, sistem reward ini akan kurang aktif dan memberikan rasa tidak nyaman dan tidak puas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline