Lihat ke Halaman Asli

Catatan Akhir Pilpres 2014: Jokowi, Saat Elektabilitas Bertemu dengan Lovabilitas

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

-Tidak ada kekuatan yang lebih kuat daripada rasa cinta.-

Saya tergerak untuk ikut membantu Pak Jokowi menjadi pemimpin bangsa ini. Bukan karena saya tidak suka pada Prabowo. Tapi Karena Saya pribadi cukup terkesima dengan apa yang telah dilakukan oleh Pak Jokowi selama menjadi pemimpin publik. Lambat laun saya pun jatuh hati pada sosok kerempeng tersebut. Disinilah salah satu titik kekuaatan relawan Jokowi. Cinta.

Lalu apakah pendukung Prabowo tidak mencintai prabowo? Bagaimana mengukur kadar cinta (lovabilitas) itu? Caranya mudah. Coba tanyakan saja pada orang-orang yang saat ini menjadi pendukung Prabowo, apabila pilpres yang bertarung adalah Prabowo dengan Dahlan Iskan atau Prabowo dengan Anies Baswedan, maka akankah mereka akan tetap memilih Prabowo? Lalu apabila partai yang mereka sukai memilih Anies Baswedan atau Dahlan Iskan daripada Prabowo untuk diusung menjadi capres apakah mereka akan tetap mendukung Prabowo? Jawabannya bisa Ya dan bisa juga Tidak. Tapi kalau anda menanyakan semisal pilpres 2014 mempertemukan Jokowi dengan Dahlan Iskan atau dengan Anies Baswedan. Maka dengan mantap para relawan akan tetap memilih Jokowi. Bagi relawan hanya ada dua pilihan, yaitu memilih Jokowi atau memilih Joko Widodo.

Tidak ada kekuatan yang lebih kuat daripada rasa cinta. Relawan Jokowi mencintai Pak Jokowi dan ingin beliau memimpin negeri ini. Relawan Jokowi bukan memilih Jokowi karena tidak suka pada Prabowo, tapi karena mereka mencintai nilai-nilai yang dibawa Jokowi. Relawan Jokowi adalah orang-orang yang mencintai beliau, orang-orang yang tergerak hatinya untuk menjadi Brand Advocate (pembela merek) Jokowi. Maka kami bukanlah kumpulan orang-orang yang berasaskan “Asal Bukan si Fulan”. Atau karena Partai idola kami memilih Si A atau Si B sebagai capres. Kami juga bukanlah simpatisan partai pengusung Jokowi. Mereka mencintai Jokowi seperti mencintai dirinya sendiri. Karena Jokowi merefleksikan apa yang ada di benak rakyat Indonesia kebanyakan. Kesederhanaan, kesantunan, murah senyum, grapyak (terbuka), tidak jaim,  berjiwa muda, cinta seni, suka musik (rock) dan kreatif. Itulah nilai-nilai yang tumbuh di rakyat, Jokowi tidak merefleksikan sifat otoriter, megah, dan petentang-petenteng yang biasa dimiliki oleh para elite.

Saat Pak Jokowi resmi dicalonkan menjadi presiden maka tanggal 1 Juni 2014 saya dan Mas Deka yang kebetulan juga pendukung Pak Jokowi bertemu untuk membuat suatu media kampanye kreatif. Media itu berupa fasilitas “Link short url” bertemakan Jokowi. Short URL ini harapannya akan bisa digunakan sebagai media untuk teman-teman relawan Jokowi sebagai salah satu cara untuk menautkan konten-konten positif tentang Jokowi baik berupa artikel, gambar, komik-komik serta info lain yang berhubungan dengan Jokowi. Apabila selama ini setiap teman-teman me-link kan kontennya ke twitter dan muncul bit.fly maka sekarang saat teman-teman relawan men-link kan kontennya ke twitter maka yang muncul adalah Short Url “JKW4P.me”. Harapannya ini akan berdampak pada alam bawah sadar pembaca agar selalu ingat dengan JKW4P yang merupakan slogan Jokowi.

Tantangan besar di kampanye kali ini adalah derasnya berita-berita hitam yang beredar di sosial media tentang Pak Jokowi. Berita-berita berisi konten fitnah plus penyesatan logika sangat banyak beredar di sosial media. Kebisaaan asal share, asal cuplik, asal baca judul lalu mengkomentari dengan ngawur sangat memprihatinkan. Parahnya yang melakukan adalah teman-teman saya yang rata-rata adalah orang yang terdidik. Karena gatal melihat status yang tidak karuan, berbasis data ngawur bahkan terkadang tanpa logika, akhirnya selama masa periode kampanye saya rajin mengupdate status yang berhubungan dengan Jokowi-JK.

Saya bergabung dalam relawan Jasmev karena satu visi dengan pemikiran saya. Bahwa ajang kampanye adalah ajang untuk beradu hal-hal positif masing-masing pasangan. Walaupun saya juga terkadang terpancing untuk memposting hal-hal negatif tentang lawan Jokowi-JK tapi standarnya sangat jelas dan clear. Apa yang saya posting haruslah memiliki basis data yang kuat, berdasarkan fakta, dan dapat diterima logika. Tujuannya agar saat berdebat dengan pendukung capres No.1 saya bisa dipastikan selalu menang bahkan meng-KO mereka. Hasrat untuk berkompetisi memang sulit dihilangkan :D

Masa kampanye ibarat masa-masa peperangan, linimasa sosial media saya penuh dengan pertarungan 3 kubu. Yaitu kubu Pro Jokowi, Pro Prabowo, dan kubu yang antipati atau yang masih galau memilih. Jokowi sudah memiliki keunggulan elektabilitas, lovabilitas dan posisi di kertas suara yang menguntungkan, yaitu foto yang terletak di sebelah kanan. Karena itu saya selama kampanye ke voters galau hanya cukup dengan satu cara yaitu. Pokoknya gunakan hak pilih. Karena begitu mereka masuk bilik suara maka secara psikologis kecenderungan akan memilih yang sebelah kanan. Yaitu foto Jokowi-JK, hal ini mengikuti kebisaaan yang diterapkan di media cetak. Di media cetak, iklan di sebelah kanan akan lebih mahal daripada iklan di sebelah kiri. Karena secara psikologis orang akan cenderung melihat dan memperhatikan ke sebelah kanan. Maka cukup memberitahukan pada undecided voters untuk setidaknya masuk ke bilik suara sudah menjadi salah satu cara efektif. Kita tidak perlu capek-capek bilang coblos Jokowi-JK, coblos kotak-kotak, coblos no.2. Tidak perlu. Saya cukup menyarankan agar mereka menggunakan hak pilih mereka dan masuk ke bilik suara.

Setiap saya makan di warung, saya selalu meminta pada pemilik warung untuk menyetel salah satu stasiun TV tempat Jokowi-Jk mendapatkan pemberitaan positif. Orang sewarung yang sedang makan akhirnya mendapat informasi positif tentang Jokowi-JK. Hal-hal lain seperti sosialisasi ke keluarga dan memutar lagu salam 2 jari di kantor dan dijadikan ringtone hp pun cukup mempengaruhi pikiran bawah sadar orang-orang di sekitar. Bahkan ada salah satu rekan yang di rumahnya bukan pendukung Jokowi akhirnya menjadi satu-satunya pihak yang memilih Jokowi di keluarganya karena suka lagu salam 2 jari yang saya putar. Selama ikut kampanye di sosial media sering teman-teman dekat tiba-tiba jadi menjauh, sering dibilang “Ngapain sih militan banget belanya? Kamu jadi timses? Kamu dapat duit? Kamu ditawari jabatan menteri? Dan macam-macam pertanyaan yang kadang bernada menyindir.

Tapi saya tahu, ini bukan hanya masalah saya pribadi. Ini adalah mengenai masa depan anak-cucu saya kelak. Kalau presiden sekarang tidak bisa membawa perubahan kearah lebiih baik. Maka tentu saya akan sangat menyesal bila kelak anak-cucu saya hidup memprihatinkan. Hanya gara-gara orantuanya tidak berani bertindak dan berperan dalam perubahan bangsa. Selagi ada kesempatan maka saya harus ikut berperan, sekecil apapun. Sesederhana apapun, tapi setidaknya saya telah ikut bertindak, saya tidak diam, takut dan cuek terhadap bangsa saya.

Itulah pengalaman saya menjadi relawan Jokowi. Banyak suka dan tantangan yang saya alami dan suatu saat saya bisa dengan bangga mengatakan pada anak atau cucu saya.

“Lihat nak, bapak dulu ikut berjuang membela presiden kita. Kamu enak kan sekarang, sekolah gratis, kesehatan terjamin

Semoga Jokowi-JK bisa memberikan perubahan yang selama ini diidam-idamkan oleh rakyat Indonesia. Salam 3 Jari J

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline